Rabu, 23 November 2022

Review Animal Farm : Hakikat makhluk dan kehidupan



Finally, I've just finished reading this novel, novel legendarisnya George Orwell, yang bikin doi terkenal di seantero dunia. Animal Farm yup sesuai judulnya berkisah tentang sebuah peternakan di sebuah desa. Sebenarnya ini adalah novel satire yang dikemas dalam bentuk fabel. Respon kekecewaan sang penulis atas revolusi komunisme sosialisme yang berakhir menjadi totalitarianisme. Kalo kita gak tahu sejarahnya, kemungkinan kita akan berpikir novel ini sedang menyinggung sistem kapitalisme. But big NO. 

Sinopsis Animal Farm

Warning spoiler ! Nah, novel ini berkisah tentang hewan-hewan di sebuah peternakan yang dijalankan oleh Tuan Jones. Namanya peternakan Manor. Novel ini dibuka dengan pidato dari seekor babi Tua yang disebut Mayor yang disampaikan didepan khalayak binatang. Inti pidato itu adalah tentang hakikat kehidupan binatang dan mimpi sang mayor tentang kebebasan para binatang suatu saat nanti. 


“Hidup kita ini sengsara, penuh kerja keras, dan pendek. Ketika lahir kita diberi banyak makanan, lalu dipaksa berkerja hingga nafas terakhir, setelah kegunaan kita berakhir, kita pun disembelih dengan cara yang keji. Tak seorang binatang pun di Inggris ini yang bebas. Hidup seekor binatang supersengsara dan penuh perbudakan : Ini adalah kenyataan yang sebenar-benarnya”, jelas Mayor. 


Lebih lanjut Mayor menjelaskan bahwa masalahnya bukan sekedar karena ini bagian dari tatanan alam, bukan pula karena tanah air yang gersang, tetapi karena semua hasil produksi kerja hewan dirampok bangsa manusia. Maka kesimpulannya “Hapuskan Manusia dari adegan itu, dan akar sumber persoalan kelaparan dan kerja lembur dihapuskan selama-lamanya.”


Pidato itu begitu menghujam di hati para binatang. Bukan hanya karena itu pidato terakhirnya sebelum maut menjemput sang Mayor, tetapi juga cita-cita kebebasan yang menyilaukan hingga menjadi cita-cita semua binatang. Pidato itu menginspirasi pemberontakan para hewan kelak atas tirani manusia.


Pasca kematian si Mayor Tua, kepemimpinan atas binatang di peternakan Manor secara alamiah diambil alih oleh para babi. Dua yang paling unggul adalah Snowball dan Napoleon. Keduanya walau sama-sama cerdas, tapi pendapatnya selalu berlawanan. Kedua babi muda inilah yang mengelaborasikan pemikiran si Tua dalam aturan yang disebut binatangisme dan menginisiasi revolusi. Mereka memimpin pemberontakan kepada Tuan Jones dan pekerja-pekerjanya, hingga manusia-manusia itu terusir. Lalu peternakan pun sepenuhnya diambil alih dan dikelola oleh para binatang. Mereka membuat 7 aturan binatangisme, ditulis dan dinyanyikan dalam sebuah lagu. Nama peternakan Manor diubah menjadi peternakan Binatang. Bendera hijau yang digambari sebuah kuku binatang dan sebuah tanduk dengan cat putih dikibarkan ditiang bendera, sebagai lambang peternakan Binatang.


Pasca beralihnya kepemilikan peternakan Manor ke tangan para binatang, mereka amat senang, mereka bekerja keras bersama menjalankan peternakan. Babi-babi bekerja dengan pikiran. Mereka mengarahkan dan mengawasi sebab kodratnya memang mereka cerdas. Yang lain menggunakan fisik seperti para kuda walau mereka tidak secerdas para babi. 


Panen raya melimpah dan sukses besar. Mereka amat senang bukan sekedar karena suksesnya panen tetapi karena sekarang seluruh hasil panen adalah milik mereka sendiri, oleh, dari, dan untuk mereka sendiri. Tak ada majikan yang akan mengambil seluruh panen lalu menjatah bagian masing-masing hewan secukupnya bahkan kadang kurang. Dengan tiadanya manusia, ada lebih banyak pakan dan ada lebih banyak waktu senggang. Walau banyak kesulitan dalam menjalankan peternakan, tetapi mereka senang, sebab tak ada lagi tuan dan semua binatang setara.


Namun kesetaraan ini lambat laun terkikis sedikit demi sedikit. Dari yang sekedar soalan hak istimewa susu dan apel untuk para babi, hak tinggal para babi di rumah peternakan, lalu semakin menjadi-jadi. Dari yang awalnya setara, hak-hak istimewa yang diberikan kepada para babi dengan dalih mereka lebih cerdas dan menjalankan tugas monitoring yang lebih sulit dibanding yang lainnya, akhirnya membawa level para babi ke posisi lebih kuat dan berkuasa dan akhirnya menghegemoni seluruh peternakan. Para babi ini sedikit demi sedikit mengubah aturan binatangisme yang telah mereka sepakati bersama diawal revolusi hingga sama sekali berbeda dari aslinya.


Bagaimanapun diantara para babi ini, mereka saling berkompetisi untuk mempengaruhi binatang lainnya. Pada akhirnya Snowball terusir oleh makar Napoleon. Napoleon lalu mengambil tampuk kekuasaan sebagai satu-satunya pemimpin lalu melakukan perubahan yang cukup radikal. Rapat ditiadakan dan perintahnya adalah hukum mutlak. Napoleon bahkan menggunakan kekerasan kepada binatang lainnya bagi yang tidak sejalan dengannya atau mengkritik kebijakannya. Dibawah kepemimpinannya, ia mendidik para babi dan menempatkannya sebagai kasta tertinggi diantara para binatang. Napoleon juga mengubah kembali nama peternakan binatang menjadi peternakan Manor.


Apa yang paling mengejutkan diakhir adalah ketika para babi bertindak-tanduk layaknya manusia. Berdiri dengan dua kaki, berpakaian, bertopi, dan bersulang. Mereka bersekutu dengan manusia demi keuntungan bisnis dan memanfaatkan rekan-rekan binatangnya yang dianggap binatang kelas rendah. Pada akhirnya para babi itu tidak berbeda dengan manusia yang sebelumnya mengeksploitasi para binatang itu. Babi sebagai hewan yang lebih cerdas dari yang lainnya, dengan kecerdasannya, memanipulasi dan memberikan tipu daya kepada para hewan demi mengeksploitasi para binatang itu. Ransum yang rendah dan jam kerja yang panjang, pada akhirnya keadaan jauh lebih buruk bahkan sebelum pemberontakan itu. Para babi yang tadinya adalah rekan seperjuangan para binatang di peternakan itu berubah menjadi diktator.


Relasi dengan Sejarah


Novel Animal Farm ini merupakan alegori politik kekuasaan tentang revolusi Rusia. Penggambarannya yang apik lewat penokohan para binatang dengan karakternya yang sebenarnya masing-masing mewakili tokoh nyata. Tak heran kalo dimasa Animal Farm ini diterbitkan cukup banyak yang merasa khawatir karena dianggap berani.


Dalam novel ini, si Mayor Tua adalah representasi dari Karl Marx, seorang perintis paham komunisme yang wafat sebelum melihat visi misinya terwujud. Pahamnya menginspirasi rakyat rusia yang diperankan oleh para binatang hingga menjadi opini umum yang memantik revolusi di peternakan Manor (representasi Kaisar Rusia) yang dikelola oleh pak Jones (mewakili Tsar Nikolas II). Revolusi itu dalam kehidupan nyata dikenal sebagai Revolusi Bolshevik. Rakyat Rusia dibawah pengaruh paham komunisme memberontak terhadap Tsar Nikolas II dan mengusirnya. Kerajaan diambil alih rakyat Rusia dan diubah namanya menjadi Uni Soviet dan diubah pula bentuknya. Mereka mengelaborasikan paham komunisme dan sosialisme dalam prinsip-prinsip pengelolaan negara. Dua tokoh komunis yang paling berpengaruh kala itu adalah Trotsky dan Stalin yang diperankan oleh Snowball dan Napoleon dalam Animal Farm.

Dalam usahanya membangun negara pasca revolusi, mereka terinspirasi dari paham Karl Marx (si Mayor Tua) ketika berusaha menciptakan negara yang adil dan setara bagi semua orang. Mereka bermusyawarah untuk menetapkan definisi keadilan, kesetaraan, kebaikan, kebenaran, dan kesejahteraan bagi semua orang. Semuanya berjalan dengan baik pada mulanya. Namun seiring berjalannya waktu, tabiat manusia yang punya akal dan juga nafsu, mengantarkan mereka pada perebutan kekuasaan hingga totalitarianisme. Di Animal Farm, dua babi cerdas, Snowball dan Napoleon saling berebut pengaruh. Ketika Napoleon menang dan menjadi pemimpin tunggal, hukum pun berubah sekehendaknya, lalu jadilah ia seorang diktator yang mengerikan sebagaimana Stalin dalam versi nyatanya.


Apa yang bisa kita pelajari ?


Walau novel ini adalah penggambaran dari revolusi Rusia, tapi jujur saja saya menilai konflik ini adalah konflik khas manusia yang bisa terulang kapan saja, bahkan mungkin hari ini. Jika kita bertanya mengapa revolusi yang memperjuangkan kesetaraan dan kesamarataan itu berakhir menjadi diktatorisme? Ikuti terus tulisan ini, kita akan menjawabnya bersama-sama.


George Orwell mengungkapkan di awal novel ini secara tersurat tentang sifat/hakikat kehidupan yang sengsara dan penuh kerja keras. Kemudian secara tersirat kisah dalam novel ini menggambarkan potensi binatang (alegori dari manusia). Mereka memiliki akal dan juga nafsu. Diantara manusia-manusia itu, ada yang lebih cerdas dibanding yang lainnya. Ada yang lebih kuat secara fisik dibanding yang lainnya. Dan seterusnya. Maka dengan potensinya itu, alamiahnya, manusia akan cenderung menindas yang lainnya. Yang cerdas akan memberikan tipu muslihatnya kepada yang bodoh. Yang kuat akan menindas yang lemah. Ketika hakikat kehidupan yang sengsara dan hakikat manusia yang tamak bertemu, maka aturan apapun yang dibuat bersumber dari akal manusia semata, secerdas apapun manusia-manusia itu, pada akhirnya hasilnya adalah penindasan sebagian manusia atas sebagian lainnya. Itu adalah sesuatu yang alamiah. Maka jangan heran jika kapitalisme menghasilkan kesenjangan ekonomi si kaya dan si miskin dan komunisme menghasilkan rezim yang totaliter dan diktator.


Novel ini seharusnya menjadi bahan perenungan tentang akar masalah kehidupan. Sepertinya George Orwell pun tak tahu akar masalahnya dimana. Ia hanya bisa menuangkan kekecewaannya ke dalam novel satirenya ini.


Dalam beberapa review yang kubaca, kebanyakan hanya menilai pelajaran novel ini dari sisi kerjasama, berlaku adil dan setara, tanggung jawab, ketamakan, dan eksploitasi. Tetapi jika kita memikirkan lebih dalam, benarkah itu semua adalah akar masalahnya? Apakah akar masalahnya karena manusia gagal bekerja sama, tidak adil, tidak bertanggung jawab, tamak, dan eksploitatif? Bukan, itu semua bukan akar masalahnya. Oke, mari kita runut masalahnya.


Pertama, mereka gagal memahami eksistensi dirinya sebagai makhluk yang lemah dan terbatas. Potensi manusia yang tidak hanya punya akal tapi juga nafsu sudah cukup membuktikan bahwa selamanya mereka tidak akan bisa menciptakan hukum yang adil diantara mereka dengan bermodalkan akal mereka semata.


Kedua, jika mereka gagal memahami dirinya lemah dan terbatas, mana mungkin ia akan memahami akan adanya dzat diluar dia. Mana mungkin ia akan memahami keberadaan pencipta dan pengatur. Apalagi memahami bahwa manusia yang lemah dan terbatas ini membutuhkan petunjuk dari yang menciptakan tentang bagaimana seharusnya ia mengelola kehidupannya. Bukankah yang paling memahami ciptaan adalah penciptanya?


Ketiga, dua kegagalan tadi, gagal memahami dirinya dan penciptanya, membuat manusia merumuskan aturannya sendiri, mendefinisikan keadilan dan kebaikan versi mereka sendiri.


Kegagalan para binatang di peternakan Manor menciptakan kehidupan yang sejahtera bagi semuanya adalah karena mereka tak mengenal aturan penciptanya dan berusaha menciptakan kehidupan yang tenteram dengan akal mereka semata. Padahal mereka sendiri makhluk lemah. Lantas apa yang akan dihasilkan oleh akal lemah mereka selain aturan lemah pula? Bukannya kesejahteraan dan keadilan, tapi yang terjadi adalah penindasan sesama mereka. Seperti itulah kehidupan tanpa aturan pencipta.


Rekomendasi


Novel ini bagus banget menurut aku untuk dijadikan bahan pelajaran tentang hakikat manusia dan kehidupannya. Juga dijadikan pengantar untuk mempelajari sejarah, bukan hanya sejarah komunisme tapi juga kapitalisme. Karena keduanya sama saja, merupakan produk buatan manusia, tujuannya kesejahteraan tapi hasilnya justru kesengsaraan. []