Sabtu, 03 Desember 2022

Formula Bertemu Kematian

Pernah denger ungkapan Arab "matinya seseorang itu sesuai dengan cara hidupnya (kebiasaannya)"? Pasti gak asing kan. Ungkapan ini bukan sekedar kata-kata doang, melainkan bisa dibuktikan secara matematis loh. Bahwa YA, semakin banyak waktu yang kita habiskan pada aktivitas tertentu maka semakin besar pula peluang kita mati dalam keadaan melakukan aktivitas tersebut.

Sebagai contoh: Jika kita mengalokasikan waktu kita dua jam setiap harinya untuk bermain game misalnya, berapa peluang kita mati dalam keadaan bermain game ? 

Nah, dalam satu hari ada 24 jam yang mana kita bisa saja mati diantara rentang waktu itu. Jadi, peluang kita mati saat main game adalah 2/24 × 100% = 8,3%


Makin sering kita melakukan aktivitas tersebut maka makin gede juga dong peluangnya. Jadi make sense kalo dikata matinya seseorang sesuai kebiasaannya. Sebab yang namanya kebiasaan kan hal yang paling sering kita lakukan.


Kalo sudah terbukti seperti ini, aku jadi lebih senang menyebutnya Formula Bertemu Kematian dibandingkan menyebutnya sekedar ungkapan. Kalo kita cukup wise, formula ini bisa jadi senjata kita menaklukkan kehidupan loh sebab kehidupan pada dasarnya adalah perjalanan menuju kematian. Siapa disini yang pengen mati dalam keadaan Husnul khatimah? If you are one of them, tentu formula ini cukup membantu kamu memahami how to get 'akhir yang baik' itu. 


"Durasi sebuah/sekelompok aktivitas dibagi 24 (dalam jam) dikali 100%"


Jika kamu pengen 'akhir yang baik', maka kamu perlu meningkatkan peluang aktivitas baik (istilah kerennya Ihsanul amal). Caranya? Makin banyak kamu mengisi waktumu dengan Ihsanul amal maka makin gede juga peluang kamu mati dalam melakukan aktivitas itu. Nah, makanya bagi seorang muslim yang mendamba Husnul khatimah, prioritas amal itu penting. Gak ujug-ujug alesan 'yang penting kan gak haram' dan terus aja tenggelam dalam aktivitas yang mubah mubah doang. Gak haram sih, tapi masa iya hidup kita yang singkat di dunia ini, satu-satunya tempat kita punya kesempatan beramal, malah kita sia-siakan. Coba deh simulasikan formula bertemu kematian jika kita hanya mencukupkan pada amalan yang minimalis (asal sholat wajib udah). 


Contoh : durasi satu kali sholat wajib sekitar 3-7 menit. Misal kita ambil yang paling maksimal 7 menit lalu kita kali dengan 5 waktu sholat, total durasi seluruh sholat wajib kita sehari hanya berkisar 35 menit.

35 menit = 35/60 = 0,58 jam

0,58/24 ×100% = 2,42%

Jadi jika amalannya minimalis gini, peluang mati dengan akhir ahsan pun jadi minim gini. 


Coba deh bayangkan kalo aktivitas sehari-hari kita malah banyakan mubah-mubah doang, apalagi makruh, maka peluang kita mati dalam keadaan aktivitas tersebut ya juga gede. Makin banyak waktu yang digunakan buat nge game, nge drakor, nge scroll sosmed, nonton aiueo, dengerin musik xyz, baca roman picisan, apalagi ngelamun gak jelas atau ngehalu jadi selir onlen etc, maka makin besar juga kita mati dalam keadaan itu, maksudnya mati dalam keadaan melakukan hal-hal yang unfaedah. Boro-boro husnul khatimah, bisa jadi kita saat itu sedang melalaikan banyak sekali kewajiban. Yang ada bisa bisa malah su'ul khotimah ya gak sih.


Kita sibuk ngehibur diri dibalik kata "me time", "healing", atau seabrek istilah masa kini yang intinya nge hedon, seneng-seneng doang, dan cuma mau mikirin diri sendiri. Dipikirnya yang penting mah gue sholat, menutup aurat, gak pacaran, udah jadi anak baik. Bodo amat sama kondisi anak-anak muslim Gaza yang dibombardir sama Israel. Bodo amat sama perang pemikiran yang bikin pikiran anak-anak muda jadi makin gesrek. Bodo amat sama mereka yang lgbt, feminist, childfree, yang penting gue mah nggak. Bodo amat sama rakyat yang makin miskin karena daya beli makin lemah, toh selama bukan tetangga gue bukan urusan gue juga dong. Bodo amat, bodo amat, dan seabrek bodo amat. Jangankan pengen berada di barisan dakwah berjuang demi perubahan menuju islam, ngeh kalo dakwah ini wajib aja mungkin nggak. Gimana mau ngeh kalo diajak ngaji dan belajar Islam malah nggak mau. Takut radikal katanya. Jadi Islam yang biasa aja gak usah fanatik katanya. Dan berbagai alesan lainnya demi mangkir dari kewajibannya.


Jika hidup kita dipenuhi bodo amat, peluang kita mati dalam kondisi bodo amat pun makin gede. Kalo seperti itu apa iya mau bertemu Allah dalam keadaan yang bodo amat juga sama kamu. Huhu, jangan sampai ya.


Maka yuk temen-temen, sebagai muslim, jangan melulu berlindung dibalik alesan "yang penting kan gak haram!" demi bermalas-malasan. Nge game gak pernah ketinggalan setiap hari. Eh giliran ngaji kadang-kadang aja kalo lagi pengen. Sempet-sempetnya ngafalin lagu, giliran hafalan Al-Qur'an malah gak pernah nambah. Ingat selalu prioritas amal kita. Lakukan yang wajib. Perbanyak yang Sunnah. Kurangi yang mubah. Hindari yang makruh. Say NO to haram ! []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar