Budapest, kota
antik, cantik, dan memesona siapa saja yang berkunjung ke kota ini. Bangunan-bangunan
tua dari beabad-abad silam yang masih kokoh berdiri hingga sekarang memanjakan
mata selama perjalanan ke kampus dari Kerekes hingga ke Bethlen Gabor. Cuaca
autumn yang kadang cerah, berawan, ataupun hujan turut menemani hari-hariku di
Budapest.
Bagi
manusia dari daratan tropis sepertiku, terlebih lagi hidup dan tumbuh di
dataran rendah, suhu <=24 derajat sudah termasuk dingin bagiku (btw aku
bukan penggemar pendingin ruangan). Saking seringnya aku berkata ‘dingin banget
ya’, roommateku mengatakan padaku ‘jika suhu seperti ini kamu sebut dingin,
saya tidak bisa membayangkan bagaimana kamu akan hidup saat winter nanti’. Ah
ya.
Meski saat
ini musim gugur, berharap semangat itu tak pernah luntur. Ya muqallibal qulubi tsabbit qalbi ala dinika. Bagi muslimah hidup di negeri
minoritas punya tantangan tersendiri, terutama hijab mereka.
Berhijab bukan hal yang biasa di
Budapest, jadi sebenarnya wajar saja jika orang-orang disekitar terpana ketika
melihat seseorang berhijab, terlebih saat summer. Salah seorang muslimah
menceritakan kisahnya bahwa ia merasa risih karena semua orang menatap ke
arahnya kemanapun dia pergi. Pada hari berikutnya, ia menanggalkan hijabnya,
tapi yang terjadi malah bukan hanya tatapan yang didapatnya tapi juga godaan
dan rayuan. Akhirnya, ia mengenakannya kembali.
Seorang muslimah yang lain
bercerita bagaimana sekelompok pemuda mengejeknya, dengan berkata ‘boom..boom’
(dengan gerakan tangan mengilustrasikan ledakan), yah bisa ditebak kan
maksudnya apa. (Btw, kenapa kaum muslim yang selalu jadi korban pembunuhan
massal, tapi kaum muslim juga yang selalu tertuduh teroris ? aneh kan)
Setiap muslimah punya kisahnya
masing-masing tentang hijab mereka.
Kalau aku sejauh ini everything is amazing. Selalu positive thinking
saja ketika orang-orang menatap, bisa jadi mereka lagi terpukau. Suatu hari,
seorang cewek amerika menatapku terus-terusan, ketika kami berpapasan dia
mengatakan sambil tersenyum ‘you know, your style is really great. I like your
dress’. Kemudian di lain waktu, aku sedang mengantri untuk urusan administrasi
akomodasi, selama mengantri, aku berbincang-bincang dengan cewek rusia, dia
bertanya apa yang aku pake di atas kepalaku itu dan atas alasan apa aku
memakainya, apa karena alasan agama dll. Setelah itu, dia mengatakan ‘Your
scarf is really good. The shade is good and it looks fashionable’.
Di atas tram, seorang ibu-ibu
mengajakku berbincang-bincang. Aku sebenarnya tidak paham ibu itu bicara apa
karena ia berbicara dalam bahasa Magyar/Hungary. Sudah kukatakan ‘I don’t speak
Magyar’, tapi ia tetap asyik melanjutkan ceritanya sambil menunjuk kerudungku
dan kemudian memegang kepalanya. Dia berbicara dengan mimik wajah yang ceria,
jadi kupikir dia pasti membicarakan hal yang baik. Aku hanya bisa
manggut-manggut sambil ikut tertawa-tawa kecil.
Selama yang kita lakukan itu
adalah karena Allah, menjauhi larangannya dan melaksanakan perintah-Nya, kenapa
harus takut dengan apa kata manusia, kenapa harus khawatir dengan pandangan
orang-orang, bukankah yang menilai menilai perbuatan seorang hamba itu adalah
Khaliqnya ? Semoga kita semua tetap dijaga keistiqomahannya dalam din ini. Jika
ada suatu waktu autumn melanda hati kita, jawab kembali pertanyaan-pertanyaan
ini, darimana kita berasal ?, untuk apa kita hidup ?, dan akan kemana kita
setelah mati ? [Ashwarin]
Ashwa @Keleti |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar