Senin, 28 Mei 2012

Diary - Ritual aneh bin aneh


 

Kata orang-orang, masa-masa SMA adalah masa yang paling indah. Gak tahu ya, statement itu benar atau tidak. Tapi terlepas dari benar tidaknya, up your assessment. Mengenang masa-masa SMA, ada sebuah peristiwa yang menarik.
Pada hari senin pagi, seperti biasanya kami para siswa dan seluruh pegawai, guru, dan juga kepala sekolah, berkumpul di tengah lapangan untuk melaksanakan suatu ritual yang aneh bin aneh bin aneh bin aneh... 

Ritual Aneh

Yup, ritual aneh itu adalah upacara penaikan bendera. Kenapa saya katakan aneh? Bagaimana tidak, sebuah ritual menyaksikan bendera merah putih naik menuju ujung tiang dengan menggunakan katrol, sambil diiringi lagu Indonesia Raya plus penghormatan (tangan dinaikkan ke pelipis). Aneh bukan?! Dalihnya sih untuk menghormati para pahlawan. Itu sih baru katanya aja..
But friends, Berangkat dari pemahaman bahwa setiap perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di yaumul hisab kelak, aku pun berusaha mencari tahu hukum ritual aneh itu. Takut jika yang kulakukan itu hukumnya haram. Takut jika aku tak mencari tahu. Rasa ingin tahu yang selalu ada pada diri remaja yang beranjak dewasa itupun membuatku tergerak untuk belajar dan mencari tahu. 

Masa pencarian
 
Walau aku bergabung dalam sebuah organisasi Islam dan beruntung mendapatkan pembinaan, tapi sayangnya, aku bukan orang yang suka bertanya atau lebih tepatnya aku tidak pandai bertanya. Hehe..
Pencarian pun dimulai, buku dan internet menjadi sasaran empuk mencari informasi. Ternyata buku dan internet mampu menjawab kebingunganku. Akhirnya, kutemukan bahwa penghormatan bendera merupakan sesuatu yang batil. Dan aku pun memutuskan untuk berhenti melakukannya.

Upacara Penaikan Bendera

Pada hari itu, pelaksanaan upacara penaikan bendera tertertib sepanjang masa aku sekolah di SMA tersebut. Hari yang begitu cerah dan pelaksanaan upacara oleh para petugas upacara nyaris tanpa kesalahan, para peserta upacara pun sangat tenang, tidak seperti biasanya yang selalu dengan suasana riuh. Beberapa lama kemudian, tibalah saatnya sesi penaikan bendera diiringi lagu Indonesia Raya. Pemimpin upacara berteriak keras "HORMAT GERAK!". Seluruh peserta upacara menaikkan tangan mereka ke pelipis sebagai tanda penghormatan. Biasanya seluruh peserta melakukan penghormatan kecuali 2 kelompok, pertama, kelompok orang yang malas, dan yang kedua, yang memahami makna penghormatan tersebut dan juga kebatilannya. Namun, berbeda pada upacara kali ini, yang malas pun melakukan penghormatan kecuali aku dan beberapa teman. Bukan karena kami kelompok sangat pemalas, namun kami memahami hukum penghormatan tersebut. Di baris terdepan, aku berdiri tanpa penghormatan dengan menaikkan tangan ke pelipis. Semua pandangan pegawai dan guru yang barisannya dihadapan para barisan siswa tertuju padaku. Barangkali ada yang berpikiran dan bertanya-tanya mengapa aku tidak melakukan penghormatan seperti yang lainnya, mungkin pula ada yang langsung menjudgeku tidak mendengarkan aba-aba pemimpin upacara atau jangan-jangan aku sedang mengkhayal.
Usai pelaksanaan upacara, kelas pertama hari itu adalah matematika yang dibawakan oleh wakil kepala sekolah. Ia memanggilku ke mejanya, dan bertanya alasanku tidak melakukan penghormatan. Ajaib bin ajaib, aku berbicara dengan begitu baik dan lancar tanpa hambatan seakan berseluncur di atas es. Seakan mulut merupakan motor yang bergerak sendiri (otomatis) dan berbicara apa yang seharusnya dikatakan, padahal orang-orang tahu, bahwa aku agak sulit mengungkapkan sesuatu.
Inilah pertolongan Allah, jika engkau menolong agama Allah, niscaya Allah pun akan menolongmu! Dalil-dalil yang tadinya hanya kubaca sepintas, mampu kukatakan dengan baik dihadapan guruku. Perdebatan yang cukup sengit antara aku dan guruku mengenai kebangsaan, distorsi sejarah nasional, dan hukum penghormatan kepada bendera hampir saja membuat kami sekelas tak jadi belajar matematika. Bahkan perdebatan kami pun merembes pada perihal “demokrasi sistem kufur”. Setelah hampir sejam aku berdebat dengan pak guru (sangat panjang juga yah), akhirnya bapak guruku pun memintaku kembali ke mejaku. Sesuatu yang tak kusangka, kupikir aku akan dimarahi habis-habisan oleh pak guru. Namun ternyata, bapak hanya ingin tahu ada apa denganku? Dan setidaknya diskusi hari itu cukup menarik. Dengan keberanian, Allah mengujiku. Dan dengan keberanian pula, Allah menolongku. 
Untuk teman-teman seperjuangan, yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, tak ada alasan bagi kita untuk bermaksiat kepadanya. Bukankah Allah telah menciptakan kita dengan sebaik-baik bentuk? Lalu memberikan kepada kita nikmat yang banyak?.. Lalu nikmat yang mana lagikah yang kita dustakan? 

Ø¥ِÙ†ْ تَÙ†ْصُرُوا اللهَ ÙŠَÙ†ْصُرْÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙŠُØ«َبِّتْ Ø£َÙ‚ْدَامَÙƒُÙ…ْ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedu­dukanmu.” (Q.s. Muhammad: 7).

Para pejuang agama Allah yang yakin akan adanya pertolongan Allah, tak pernah merasa kehilangan harapan, mereka menunggu dengan penuh suka cita untuk melihat bagaimana Allah menyelesaikan masalah mereka. 

Para pejuang agama Allah yang hanya menjadikan Allah sebagai pelindungnya, yang mengetahui bahwa Allah akan menolong mereka. Mereka akan melihat rahasia-rahasia pertolonganNya  ditampakkan dalam setiap saat dalam kehidupannya berjuang untuk agama Allah.

Oleh karena itu, teruntuk para pejuang agama Allah yang tak pernah takut akan caci maki orang-orang yang mencaci, tak pernah takut akan hinaan orang-orang yang menghina, ingatlah bahwa Allah akan senantiasa menolong para pejuang agama-Nya... wallahu a’lam bi ash-shawab[APA]

2 komentar:

  1. Subhanallah...
    Allahu Akbar!!!

    BalasHapus
  2. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus