Kata
orang-orang, masa-masa SMA adalah masa yang paling indah. Gak tahu ya,
statement itu benar atau tidak. Tapi terlepas dari benar tidaknya, up your
assessment. Mengenang masa-masa SMA, ada sebuah peristiwa yang menarik.
Pada
hari senin pagi, seperti biasanya kami para siswa dan seluruh pegawai, guru,
dan juga kepala sekolah, berkumpul di tengah lapangan untuk melaksanakan suatu
ritual yang aneh bin aneh bin aneh bin aneh...
Ritual
Aneh
Yup,
ritual aneh itu adalah upacara penaikan bendera. Kenapa saya katakan aneh?
Bagaimana tidak, sebuah ritual menyaksikan bendera merah putih naik menuju
ujung tiang dengan menggunakan katrol, sambil diiringi lagu Indonesia Raya plus
penghormatan (tangan dinaikkan ke pelipis). Aneh bukan?! Dalihnya sih untuk
menghormati para pahlawan. Itu sih baru katanya aja..
But
friends, Berangkat dari pemahaman bahwa setiap perbuatan itu akan
dipertanggungjawabkan di yaumul hisab kelak, aku pun berusaha mencari tahu
hukum ritual aneh itu. Takut jika yang kulakukan itu hukumnya haram. Takut jika
aku tak mencari tahu. Rasa ingin tahu yang selalu ada pada diri remaja yang
beranjak dewasa itupun membuatku tergerak untuk belajar dan mencari tahu.
Masa
pencarian
Walau
aku bergabung dalam sebuah organisasi Islam dan beruntung mendapatkan
pembinaan, tapi sayangnya, aku bukan orang yang suka bertanya atau lebih
tepatnya aku tidak pandai bertanya. Hehe..
Pencarian
pun dimulai, buku dan internet menjadi sasaran empuk mencari informasi.
Ternyata buku dan internet mampu menjawab kebingunganku. Akhirnya, kutemukan
bahwa penghormatan bendera merupakan sesuatu yang batil. Dan aku pun memutuskan
untuk berhenti melakukannya.
Upacara
Penaikan Bendera
Pada
hari itu, pelaksanaan upacara penaikan bendera tertertib sepanjang masa aku
sekolah di SMA tersebut. Hari yang begitu cerah dan pelaksanaan upacara oleh
para petugas upacara nyaris tanpa kesalahan, para peserta upacara pun sangat
tenang, tidak seperti biasanya yang selalu dengan suasana riuh. Beberapa lama
kemudian, tibalah saatnya sesi penaikan bendera diiringi lagu Indonesia Raya.
Pemimpin upacara berteriak keras "HORMAT GERAK!". Seluruh peserta
upacara menaikkan tangan mereka ke pelipis sebagai tanda penghormatan. Biasanya
seluruh peserta melakukan penghormatan kecuali 2 kelompok, pertama, kelompok
orang yang malas, dan yang kedua, yang memahami makna penghormatan tersebut dan
juga kebatilannya. Namun, berbeda pada upacara kali ini, yang malas pun
melakukan penghormatan kecuali aku dan beberapa teman. Bukan karena kami
kelompok sangat pemalas, namun kami memahami hukum penghormatan tersebut. Di
baris terdepan, aku berdiri tanpa penghormatan dengan menaikkan tangan ke
pelipis. Semua pandangan pegawai dan guru yang barisannya dihadapan para
barisan siswa tertuju padaku. Barangkali ada yang berpikiran dan bertanya-tanya
mengapa aku tidak melakukan penghormatan seperti yang lainnya, mungkin pula ada
yang langsung menjudgeku tidak mendengarkan aba-aba pemimpin upacara atau jangan-jangan
aku sedang mengkhayal.
Usai
pelaksanaan upacara, kelas pertama hari itu adalah matematika yang dibawakan
oleh wakil kepala sekolah. Ia memanggilku ke mejanya, dan bertanya alasanku
tidak melakukan penghormatan. Ajaib bin ajaib, aku berbicara dengan begitu baik
dan lancar tanpa hambatan seakan berseluncur di atas es. Seakan mulut merupakan
motor yang bergerak sendiri (otomatis) dan berbicara apa yang seharusnya
dikatakan, padahal orang-orang tahu, bahwa aku agak sulit mengungkapkan
sesuatu.
Inilah
pertolongan Allah, jika engkau menolong agama Allah, niscaya Allah pun akan
menolongmu! Dalil-dalil yang tadinya hanya kubaca sepintas, mampu kukatakan
dengan baik dihadapan guruku. Perdebatan yang cukup sengit antara aku dan
guruku mengenai kebangsaan, distorsi sejarah nasional, dan hukum penghormatan kepada
bendera hampir saja membuat kami sekelas tak jadi belajar matematika. Bahkan
perdebatan kami pun merembes pada perihal “demokrasi sistem kufur”. Setelah
hampir sejam aku berdebat dengan pak guru (sangat panjang juga yah), akhirnya
bapak guruku pun memintaku kembali ke mejaku. Sesuatu yang tak kusangka,
kupikir aku akan dimarahi habis-habisan oleh pak guru. Namun ternyata, bapak
hanya ingin tahu ada apa denganku? Dan setidaknya diskusi hari itu cukup
menarik. Dengan keberanian, Allah mengujiku. Dan dengan keberanian pula, Allah
menolongku.
Untuk
teman-teman seperjuangan, yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, tak ada
alasan bagi kita untuk bermaksiat kepadanya. Bukankah Allah telah menciptakan
kita dengan sebaik-baik bentuk? Lalu memberikan kepada kita nikmat yang
banyak?.. Lalu nikmat yang mana lagikah yang kita dustakan?
إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ
يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.” (Q.s. Muhammad: 7).
Para
pejuang agama Allah yang yakin akan adanya pertolongan Allah, tak pernah merasa
kehilangan harapan, mereka menunggu dengan penuh suka cita untuk melihat
bagaimana Allah menyelesaikan masalah mereka.
Para
pejuang agama Allah yang hanya menjadikan Allah sebagai pelindungnya, yang
mengetahui bahwa Allah akan menolong mereka. Mereka akan melihat
rahasia-rahasia pertolonganNya
ditampakkan dalam setiap saat dalam kehidupannya berjuang untuk agama
Allah.
Oleh
karena itu, teruntuk para pejuang agama Allah yang tak pernah takut akan caci
maki orang-orang yang mencaci, tak pernah takut akan hinaan orang-orang yang
menghina, ingatlah bahwa Allah akan senantiasa menolong para pejuang
agama-Nya... wallahu a’lam bi ash-shawab[APA]
Subhanallah...
BalasHapusAllahu Akbar!!!
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
BalasHapus