
Dunia mengagumi keahliannya dalam
bidang matematika, fisika, dan astronomi. Terbukti selama berabad-abad, rumus
dan metode perhitungan untuk menguraikan soal-soal rumit tetap dijadikan
rujukan di universitas-universitas terkemuka. Tidak hanya di dunia Islam,
bahkan juga di dunia barat.
Torehan
Prestasi Al-khazin dan sumbangsihnya bagi kemajuan IPTEK
- Kitab al-Masail al-Adadiyya yang di dalamnya tercantum karya Ibnu Majah, yaitu al-Fihrist edisi Kairo, Mesir.
- Karyanya yang paling terkenal adalah Matalib Juziyya mayl alMuyul al-Juziyya wa al-Matali fi al-Kuraal Mustakima. Seluruh kemampuan intelektualnya dia curahkan pada karya ini.
- Perhitungan rumus teorema sinus untuk segitiga. Seperti tercantum dalam buku al-Fihrist edisi Kairo, AlKhazin pernah memberikan komentar ilmiah terhadap buku Element yang ditulis oleh ilmuwan Yunani, Euclides, termasuk bukti-bukti yang diuraikannya menyangkut kekurangan serta kelemahan pemikiran Euclides.
- Peragaan rumus untuk mengetahui permukaan segitiga sebagai fungsi sisi-sisinya. Ia mengambil metode penghitungan setiap sisi kerucut. Dengan itu, dirinya berhasil memecahkan bentuk persamaan x3 + a2b = cx2. Di ranah matematika, persamaan itu sangat terkenal. Ini merupakan sebuah soal matematika rumit yang diajukan oleh Archimedes dalam bukunya The Sphere and the Cylinder.
- Zij as Safa'ih. Buku yang sangat berpengaruh dalam dunia astronomi. Ia mempersembahkan buku ini kepada salah satu gurunya, Ibnu Al-Amid. Ia juga membahas tentang peralatan astronomi untuk mengukur ketebalan udara dan gas (sejenis aerometer). Saat nilai ketebalan bergantung pada suhu udara, alat ini merupakan langkah penting dalam mengukur suhu udara dan membuka jalan terciptanya termometer. Manuskrip karya Al-Khazin tersebut tersimpan di Berlin, Jerman, namun hilang ketika berkecamuk Perang Dunia II. Oleh astronom terkemuka, Al-Qifti, karya itu dianggap sebagai subyek terbaik dan sangat menarik untuk dipelajari. Buku Zij as Safa'ih menuai banyak pujian dari para ilmuwan.
- Mekanisme teknis instrumen astronomi berhasil diurai dan dijelaskan dengan baik oleh Al-Khazin dan sikap kritis Al-Khazin saat mengomentari pemikiran Abu Ma'syar tentang teknis instrumen astronomi, itu semua membuat ilmuwan ternama kagum kepada dirinya, seperti Al-Biruni dan juga Abu Al-Jud Muhammad Al-Layth yang memberikat apresiasi yang besar terhadap dirinya.
- Sumbangsih lain adalah menyangkut penentuan azimut atau ukuran sudut arah kiblat dengan memakai peralatan tertentu. Al-Khazin berhasil mengenalkan metode hitung segitiga sferis.
- Komentar-komentarnya cukup mendalam terhadap karya astronomi lain, misalnya komentarnya atas buku ke10 dari Nasr Mansur dalam Rasail Abi Nasr ila al-Biruni dan ia juga pernah menulis sebuah komentar atas Almagest karya Ptolemeus.
- Melalui tulisannya yang berjudul Sirr al-Alamin, Al-Khazin mengembangkan lebih jauh gagasan-gagasan dari Ptolemeus yang terdapat pada buku Planetary mengenai sudut kemiringan eliptik.
- Seperti disebutkan pada buku Seri Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, sekian banyak teks dan risalah ilmiah Al-Khazin tak banyak tersisa pada masa kini.
Khazanah
keilmuwan Al-Khazin yang tertuang dalam buku Zij as Safa’ih
Saya akan menjabarkan sedikit isi dari buku Zij as Safa’ih nya. Salah satunya mengenai penetapan inklinasi eliptika. Persoalan astronomi ini sudah mengemuka sejak zaman Archimedes. Para ilmuwan Muslim seperti Al-Mahani yang pertama kali mengangkat kembali tema ini. Namun Al-Khazinlah yang akhirnya berhasil menjabarkannya dengan baik. Menurut Al-Khazin, pembagian bola dengan sebuah bidang datar dalam satu rasio ditentukan dengan menyelesaikan persamaan pangkat tiga. Demikian ilmuwan ini menyelesaikan soal astronomi tadi yang segera mendapatkan pujian dari astronom-astronom lainnya. Hal lain yang ia kupas dalam buku Zij as Safa’ih yaitu penetapan titik derajat tengah atau cakrawala yang kemiringannya tidak diketahui sebelumnya dan juga perhitungan sudut matahari melalui penentuan garis bujur.
Rekam
Jejak Al-Khazin: Produk Daulah Khilafah
Prestasi-prestasi yang ia raih, tidak
terlepas dari peran negara (baca: Khilafah) dalam mencetak generasi-generasi
yang unggul dan prestatif, yang tidak hanya faqih dalam agama namun juga
memberikan sumbangsih yang besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Khilafah menciptakan suatu
kondisi yang kondusif bagi terbentuknya para ilmuwan yang cerdas. Guru-guru
yang mengajar di sekolah-sekolah daulah khilafah, bukanlah guru asalan. Mereka adalah
para guru yang terkenal dengan keilmuwannya. Sebut saja Abu Al-Fadhl bin
Al-Amid, salah satu guru yang menghiasi rekam jejak Al-Khazin dalam menuntut
ilmu, ia bukan hanya seorang guru yang keilmuwannya sudah diakui, namun ia juga
seorang menteri pada masa Buwayhi di Rayy. Selain itu, motivasi yang diberikan
kepada para pelajar di Daulah Khilafah bukanlah motivasi untuk meraih materi,
namun motivasi yang bersumber dari adanya Al-Idraku ash-Shilatu billah
(Kesadaran akan hubungannya (manusia) dengan Allah SWT). Kesadaran itulah yang
ditumbuhkan kepada para pelajar di Daulah Khilafah sehingga mampu mencetak
generasi-generasi yang unggul nan prestatif. Ilmuwan-ilmuwan di negara Islam (Daulah
Khilafah) bagaikan cendawan di musim hujan, jumlahnya sangat banyak. Bahkan jika
kita hendak menghitungnya pun, maka kita tak akan bisa. Mereka pun bukan
ilmuwan yang belajar untuk mencari materi semata, mereka bukan hanya belajar
semata-mata karena mencintai ilmu pengetahuan. Namun, dibalik itu ada dorongan
yang luar biasa membuat mereka terdorong untuk belajar dan berkarya untuk
kemashlahatan umat. Dorongan itu tak lain adalah karena keimanan kepada Allah
SWT. Jika Dorongan itu berasal dari keimanan kepada Allah, maka wajar saja jika
untuk melompat dari sebuah bukit nan tinggi pun mereka mampu.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Wahai orang-orang yang beriman!
Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan Memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan Mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-Mujaadilah 58:11]
Rasulullah SAW bersabda:
عن ابن عمر ، أن رجلا جاء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقال : يا رسول الله أي الناس أحب إلى الله ؟ وأي الأعمال أحب إلى الله عز وجل ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « أحب الناس إلى الله أنفعهم للناس ،
وأحب الأعمال إلى الله سرور تدخله على مسلم ، أو تكشف عنه كربة ، أو تقضي عنه دينا
، أو تطرد عنه جوعا ، ولأن أمشي مع أخ لي في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في هذا
المسجد ، يعني مسجد المدينة ، شهرا ، ومن كف غضبه ستر الله عورته ، ومن كظم غيظه ،
ولو شاء أن يمضيه أمضاه ، ملأ الله عز وجل قلبه أمنا يوم القيامة ، ومن مشى مع
أخيه في حاجة حتى أثبتها له أثبت الله عز وجل قدمه على الصراط يوم تزل فيه الأقدام
»
Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Rasulullah
Shallallahualaihiwassalam dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?”
Rasulullah Shallallahualaihiwassalam menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah
adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai
Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau
engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau
menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang
saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku
beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa
yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan
barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka
Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang
berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga
tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak
bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)
Sungguh, untuk mewujudkan
generasi-generasi yang beriman, bertakwa, cerdas, dan prestatif hanya mungkin jika
menggunakan sistem Islam, melalui penerapan syariah dalam bingkai Daulah
khilafah Rasyidah. Dengan diterapkannya sistem Islam, maka kita akan melihat
menjamurnya para ilmuwan zuhud dan berguna bagi kemashlahatan umat. Wallahu’alam
bi ash-shawab [Ashwa Rin]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar