Tik-tik-tik... suara rintik-rintik hujan yang jatuh ke bumi
ssssssssss.... suara angin yang mendesis menemani air hujan menepis wajah ini
Aku suka hujan, mereka mengingatkanku kenangan-kenangan manis dalam hidupku. Saat aku bermain di halaman rumah ketika air hujan mengalir melalui atap-atap rumahku dan mengguyur kami, anak-anak pecinta hujan. Berkejar-kejaran di bawah hujan, memainkan perahu-perahu yang kami buat dari kertas-kertas bekas, sambil tertawa dengan bahagia.
Ku pikir, itu masa kecil yang menyenangkan, betul-betul tanpa beban. Tapi entah kenapa, saat kupandangi foto-foto dan membaca berita-berita perang dan penyerangan di daerah konflik, serta melihat video-video mereka, bagaimana mereka dibantai, dibom, dan ditembaki, bahkan banyak dari kalangan anak-anak itu yang menjadi korbannya. Mereka berdiri dengan gagahnya melempari tank tank itu dengan batu. Usia tak menjadikannya menunda untuk berjuang. Hafalan Al-Quran mereka adalah pelecut semangat yang tiada terbatas, dan kebahagiaan terbesar adalah syahid. Al-Anfaal, surah pertama yang sudah mereka hafalkan, anak-anak kecil yang menjadi mujahid. Mereka, sungguh membuatku iri. Berjuang di jalan Allah vs bermain di bawah hujan, anak-anak palestina vs anak-anak indonesia, yang manakah lebih baik?
Tik tok tik tok, detik demi detik berlalu, hampir sejam aku menunggu hujan reda sambil terus menggoreskan penaku ke sebuah buku kecil yang selalu kubawa kemana-mana. Namun hujan tak kunjung reda, malah bertambah derasnya. Udara semakin dingin, hingga terasa menembus tulang-tulangku. Wajahku basah karena angin yang membawa air hujan terus menepis.
Ingatanku melayang ke belasan tahun yang lalu, teringat kembali cita-cita yang kandas, ketika aku ingin sekali menjadi power ranger. Ingin sekali aku menjadi super hero yang menolong umat manusia dari gempuran monster-monster yang membawa misi kejahatan. Seperti itulah misi power ranger yang menjadi salah satu film kesukaanku di masa kecil.
Karena keinginan yang berlebihan itu, aku merasa benar-benar sebagai seorang power ranger. Aku mengatakan ke orang-orang bahwa aku seorang power ranger. Terjebak pada ilusi cita-cita mustahilku. Banyak yang percaya bahwa aku sesungguhnya adalah power ranger (tentunya yang mengira itu adalah para anak-anak, kalo orang dewasa mah, "parah"). Aku mengatakannya bukan karena ingin berbohong, tapi karena akumulasi cita-cita yang begitu kuat. Anak-anak lainnya pun mulai bertanya bagaimana cara menjadi power ranger, aku bilang "gampang, cukup berlatih". Mereka semua akhirnya memintaku untuk melatih mereka menjadi power ranger. Akhirnya setiap pagi, kami berkumpul di salah satu halaman rumah seorang dari kami, dan berlatih di sana. Penasaran dengan apa yang kami lakukan? setiap pagi aku melatih mereka dengan cara yang sama yang dilakukan di film-film itu, berlatih pertahanan diri dan penyerangan. Intinya "KAMI BENAR_BENAR INGIN JADI POWER RANGERS" dan MENUMPAS SEGALA KEJAHATAN.
Apakah "POWER RANGERS" itu hanyalah fiktif belaka? Tak pernah terpikirkan olehku bahwa Power Rangers itu hanya fiktif belaka. Tapi kini, aku tahu, bahwa itu memang bukan fiktif belaka. Kenyataannya, ada banyak Power Ranger di bumi ini. Jika di film, personilnya hanya 5 orang, maka kini mereka bahkan lebih dari itu, dan tersebar di berbagai belahan bumi. Merekalah para Power Rangers yang berjuang melindungi umat manusia, memiliki visi misi yang sama, berjuang menumpas segala kemaksiatan di muka bumi dengan berusaha membangun perisai bagi umat manusia - Khilafah Rasyidah Islamiyah -
bersambung My Dream : I wanna be a Power Ranger Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar