Desa wisata lakkang merupakan
salah satu kelurahan di kota Makassar yang hanya bisa diakses menggunakan
perahu karena lokasinya yang berada diantara sungai tallo dan sungai pampang. Ada
tiga dermaga yang bisa dipilih untuk menuju lakkang, yang paling populer adalah
dermaga kera-kera yang lokasinya ada di Teaching Farm Fakultas Pertanian dan
Peternakan UNHAS, dan yang paling dekat ke lakkang adalah dermaga di tol lama.
Tour Rin kali ini bersama tiga
kawan dari Sungguminasa menuju dermaga kera-kera. Untuk menemukannya mudah
saja, buka aplikasi maps untuk menemukan dermaga kera-kera. Sesampai Rin di
dermaga, terlihat satu perahu mulai bersiap berangkat, tapi karena salah satu
kawan Rin belum tiba, kami belum bisa berangkat bersama perahu itu, dan kami
pun harus rela menunggu lebih sejam untuk keberangkatan perahu selanjutnya.
Untuk motor, kami menitipkannya ke rumah warga biar aman. Biasanya ada biaya
parkir, tapi si ibu pemilik rumah mengatakan kepada kami tak usah bayar. Hehe,
baik banget si ibu nya.
|
Perahu di Dermaga Kera-Kera |
Setiap penumpang perahu dikenakan biaya Rp3.000,- jika ditambah motor +Rp1.000,-. Murah banget kan ! Ini benar-benar tour dengan budget termurah. Don’t forget to bring Bekal ya. Nunggu perahu juga melelahkan. Well, karena kami prepare nggak siap banget, Rin juga gak kepikiran bawa makanan, walhasil kami kelaperan. Walau salah seorang kawan bawa puding, tapi gak bisa menghilangkan lapar, hiks hiks.. T_T
|
Makan ala kadarnya |
Sepanjang perjalanan ke lakkang, pemandangan pohon-pohon nipah dan mangrove begitu indah disisi-sisi sungai yang bersih, membuat suasana terasa nyaman, sampai lupa kalo kami ada di Makassar. Perahu berlabuh menurunkan penumpang di dermaga rw 2 lakkang lalu melanjutkan ke dermaga rw 1. Karena tujuan kami adalah bunker Jepang, jadi kami akan turun di dermaga rw 1 karena lokasinya lebih dekat.
|
Sungai Tallo |
|
Menikmati perjalanan |
Orang-orang Lakkang juga ramah-ramah. Kami dapat suguhan minum dan kue dari ibu R*r* yang juga salah satu penumpang perahu yang Rin ajak bicara sepanjang perjalanan. Kami sholat ashar di rumah ibu R*r*, setelah itu berkeliling kampung melihat bunker ditemani dua gadis cilik cantik tour guide kami. Di desa yang asri ini, kami mengunjungi sejumlah bunker peninggalan Jepang yang dulu digunakan sebagai tempat bersembunyi tentara Jepang saat menguasai Makassar. Ada tujuh sebenarnya, tapi semuanya tertimbun tanah kecuali satu yang kami kunjungi ini. Pernah dilakukan penggalian oleh marinir tapi tidak dilanjutkan lagi. Orang-orang juga kerap kali menjadikannya tempat pembuangan sampah.
Kami berkeliling desa menyusuri jalan setapak yang bersih dan pohon bambu disisi jalan, sambil menikmati pemandangan sore hari. Rumah panggung masih menjadi ciri khas lakkang. Desa ini terdiri dari beberapa lapisan, yang terluar adalah empang, lahan pertanian, lalu rumah warga, dan yang paling tengah adalah hutan bambu dan ada juga lapangan bola. Empang di dekat dermaga digunakan sebagai tempat pemancingan umum.
Tiba waktu kami untuk pulang, kami menggunakan perahu kecil menyusuri sungai tallo ditemani pemandangan matahari terbenam menuju dermaga kera-kera, sungguh pemandangan yang sangat indah dan tak terlupakan.
Desa ini masih tetap terisolasi, dulunya sempat dicanangkan akan dibangun jembatan penghubung, tapi karena banyak yang menentang akhirnya perahu masih menjadi andalan transportasi keluar desa. Bukan tidak mungkin, terbukanya akses ke desa ini, bukan membuat keadaan membaik malah bisa jadi warga asli akan terusir dari kampung halamannya sendiri. Hal yang lumrah, terbukanya lahan baru, membuat para investor menjadikannya target investasi dan mengusir penduduk asli. Jika lahan-lahan pertanian mereka dicaplok para kapitalis, maka dengan apa mereka akan hidup. Sedang pemerintah seringkali tak punya power menghadapi para kapitalis. Dengan pertimbangan itu, warga memilih tetap hidup dalam desa terpencil di sebuah kota besar dengan akses transportasi yang terbatas.
|
Dermaga Lakkang |
|
Selfie bareng dua gadis cantik tour guide kami |
|
Jalan masuk bunker |
|
Plang situs bunker Jepang |
|
Ruang bawah tanah |
|
Jalan setapak desa Lakkang |
|
Sunset di Desa Lakkang |
|
Gazebo di tempat pemancingan |
|
Perahu yang biru ini digunakan anak sekolahan |
|
Suburki Mangrove ta' |
Catatan Perjalanan
Senin, 11 Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar