Masa
remaja umumnya adalah masa yang paling aktif dan bersemangat melakukan ini itu
juga dengan rasa penasaran yang cukup tinggi. Di usia yang bisa dikata masih
sangat muda, 15 tahun, aku mengikuti berbagai ekskul, mulai dari OSIS, ROHIS,
Sains Club, English Club, Karate, dan juga tidak lupa les di lembaga pendidikan
informal. Ini semua adalah bagian dari aktualisasi diri yang kulakukan. Selalu
ingin aktif dan eksis ya.
Suatu
ketika sekolahku kedatangan volunteer dari AFS dan menjelaskan tentang program
ini kepada kami para siswa unyu-unyu. Aku tentu saja sangat sangat tertarik.
Bukan soal keluar negerinya, tapi prosesnya lah yang asyik. Tapi sebenarnya
keluar negeri juga asyik sih. Hhe.
Kuceritakan
pada Papa keinginanku untuk mengikuti seleksi dan tentu saja papa ku pasti
mendukungku selama itu bukan hal yang buruk. Ini masih jaman dulu banget ya,
sekitar 10 tahun lalu, tepatnya tahun 2007, dimana aplikasi masih harus diambil
sendiri di sekretariat AFS di Makassar, diisi dan dilengkapi berkasnya, lalu
dikumpulkan kembali. Sudah tentu berbeda sekali dengan era sekarang, dimana
semuanya serba online. Sisa masuk website, download deh aplikasinya atau
mengisi aplikasi secara online. Bahkan untuk daftar sekolah saja sudah pada
online.
Tahap
pertama berupa tahap tertulis yang terdiri dari 3 sub tes, yaitu tes pilihan
ganda dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris, dan tes menulis essay on
the spot. Tesnya berlangsung seharian di STIEM Bongaya di jalan Mappaodang,
Makassar. Beberapa minggu kemudian, hari dimana pengumuman kelulusan tahap
pertama, aku dan papa segera menuju secretariat AFS untuk melihat pengumuman
(see masih jadul ya kan). Dan Alhamdulillah, dari hampir 1000 orang yang
mengikuti tes tahap pertama, aku berada dalam list 72 orang yang masuk ke tahap
kedua.
Tes
kedua yaitu interview/wawancara, yang ini terdiri 2 sub tes, yaitu wawancara
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Wawancara dalam bahasa Indonesia
bersama ketiga interviewer dari Indonesia berlangsung agak emosional, aku
bahkan hampir menangis dibuatnya. Sedangkan wawancara dalam bahasa Inggris
bersama dua bule jerman dan prancis dan satu indo berlangsung lebih santai.
Banyak hal yang aku bicarakan bersama interviewer, termasuk karena negara
tujuanku AS, aku banyak menyoroti masalah bangkrutnya Lehman Brothers (waktu
itu lagi hangat-hangatnya) dan juga tentu saja masalah hegemoni ekonomi AS
terhadap negera-negara dunia ketiga (well, aku ngomong apa sih waktu itu,
berasa jadi pengamat hebat ya, hihi).
Aku
pikir aku tidak lolos di tahap kedua, soalnya yang aku lakukan selama wawancara
hanya kritik, kritik, dan kritik terhadap AS (padahal negera tujuannya AS,
harusnya disanjung-sanjung gitu ya). But, yup aku lolos dan berhasil masuk ke
tahap ketiga.
Tes
ketiga, yaitu Dinamika Kelompok terdiri dari 3 subtes, aku lupa yang pertama,
yang kedua kompetisi membuat sebuah karya bersama tim dadakan yang dibentuk
oleh panitia, kalo tidak salah tim nya terdiri dari 5 orang. Kita harus berdiskusi
tentang karya apa yang akan dibuat, menyatukan pikiran, dan bergerak bahu
membahu menyelesaikan misi ini. Dan taraaa, kami membuat pigura dengan desain
dari 5 pikiran. Yang ketiga, sebenarnya desas desus yang kudengar dari panitia,
subtes ketiga dibatalkan. Tapi tak taulah kenapa sampai jadi diadakan. Tesnya
adalah menujukkan bakat/kemampuan di depan umum, semacam mini pertunjukan gitu
deh. Ada yang nyanyi, bermain musik tradisional, menari, pertunjukan silat,
membaca puisi, sampai mengaji. Karena aku gak well-prepared banget dites ketiga
ini alias gak menyiapkan apa-apa, jadilah aku selama menunggu giliran, grasa
grusu membuat puisi dadakan untuk ditampilkan. Hampir semua yang gak punya
persiapan, menampilkan pembacaan puisi, jadinya hal itu tidak menarik lagi.
(Baca : Jatuh Bangun
Mengejar Beasiswa Luar Negeri : Gagal 9 kali)
Saat
itu high expected banget bisa lulus, tapi sepertinya itu masih belum rezeki ku
atau itu bukan hal yang terbaik untukku. Aku membaca pengumuman dan aku tahu
bahwa aku tidak lulus. Aku memang tidak jadi mengikuti program pertukaran
pelajar, tapi serangkaian tesnya yang menarik dan menyenangkan tidaklah
sia-sia. Banyak pelajaran yang bisa kupetik, banyak teman yang bisa kukenal.
Allah selalu punya rencana yang lebih baik untuk diriku, aku yakin itu. [AR]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar