Beberapa minggu lalu, Inggris dihebohkan dengan
beredarnya surat “PUNISH A MUSLIM DAY” yang isinya merupakan ajakan untuk
menyakiti kaum muslim pada tanggal 3 April 2018, ya itu bertepatan dengan hari
ini. Surat itu juga berisi reward yang diperoleh berdasarkan aksi yang
dilakukan, yaitu 10 poin jika menghina seorang muslim secara lisan, 25 poin
jika menarik kerudung seorang muslimah, melemparkan asam di wajah seorang
muslim, 100 poin jika memukul muslim, 250 poin jika menyiksa muslim dengan
listrik, menguliti, dengan alat penyiksa, 500 poin jika membunuh muslim dengan
senjata, pisau, dan 1000 poin jika membakar atau mengebom mesjid.
Dalam surat itu diserukan bahwa agar Eropa dan AS
jangan mau dipecundangi oleh kaum muslimin yang sudah membuat mereka menderita,
ingin mengambil kekuasaan dan mengubah demokrasi menjadi syariah.
Kejadian ini setidaknya mengindikasikan bahwa term
‘Syariah’ sudah menjadi topik yang mendunia. Sebagaimana di perkirakan oleh
banyak peneliti, pakar sejarah, dan intelijen barat, tentang kebangkitan
kekuatan Islam di masa depan. National Intelligence’s Council’s (NIC) pernah
merilis sebuah laporan yang judulnya “Mapping the Global Future” pada tahun
2004 yang salah satu poinnya tentang prediksi empat skenario besar dunia
ditahun 2020, yaitu bangkitnya New Caliphate, Kekhilafahan baru. The Daily
Caller Video juga pernah menampilkan siaran Fox News dengan tema ‘Khilafah baru
Islam?’, sang pembawa acara, Glenn Beck, memaparkan prediksi munculnya Khilafah
Islamiyah yang luasnya membentang dari Indonesia hingga Inggris.
Bangkitnya kekuatan Islam kembali tentu
mengkhawatirkan bagi peradaan barat yang saat ini memimpin dunia. Kekhawatiran
ini pernah diungkapkan Bush dalam pidatonya pada konvensi tentara Amerika
ke-89, Agustus 2007, tentang tegaknya Khilafah. Kekhawatiran bangkitnya
kekuatan Islam tentu beralasan bagi negara-negara imperialis sebab jika umat
Islam diseluruh penjuru dunia bangkit maka siap-siap saja peradaban kapitalisme
yang susah payah mereka bangun hari ini yang mereka gunakan untuk
mengeksploitasi negeri-negeri muslim akan jatuh dari kancah peradaban dunia. Di
tambah lagi masyarakat dunia mulai menyadari bobroknya sistem kapitalisme yang
tampak dari berbagai gerakan protes terhadap sistem ini.
Maka tidak heran, berbagai upaya dilakukan
negara-negara imperialis untuk menyelamatkan hegemoni mereka atas dunia,
termasuk meredam kekuatan Islam melalui kampanye-kampanye negatif terhadap
penerapan syariat Islam. Proyek-proyek monsterisasi Syariah dan Khilafah terus
mereka jalankan. Mereka membuat ISIS demi membangun opini di masyarakat dunia
bahwa Khilafah merupakan model negara yang menyebarkan teror, konflik, dan
permusuhan. Hingga karena opini buruk itu, pernah seseorang berkata, ‘Jika ini
(syariah) dibiarkan, maka kondisi Indonesia bisa seperti Suriah’. Di Indonesia
pun sama, usaha monsterisasi juga terus dilakukan, term ‘Syariah dan Khilafah’
bahkan dibahas hingga ke persidangan yang berjilid-jilid, entah sudah episode
ke berapa.
‘Punish a Muslim Day’ ini pun hanya merupakan hasil
dari stigmatisasi buruk terhadap Islam dan syariah. Orang-orang yang
menginisiasinya mungkin saja adalah orang-orang yang termakan propaganda.
Mereka mungkin tidak tahu, bahwa kaum muslimin telah menjadi korban tiap
harinya. Mereka mungkin tidak tahu baru jumat lalu 16 pemuda Gaza mati
ditembaki Israel dan ratusan lainnya terluka, mereka mungkin tidak tahu
bagaimana penderitaan muslim Rohingnya yang terusir sendiri dari negerinya,
mereka mungkin tidak tahu muslim Ghouta yan terbunuh oleh rezimnya sendiri,
lalu walau semua itu terjadi, dunia tetap menyebut muslim itu teroris? Lucu
bukan. Karena itulah ketidaktahuan itu berbahaya, bisa membuat salah paham,
melakukan aksi-aksi yang tidak semestinya. Maka jika kita tidak tahu, sudah
semestinya kita belajar, bukan menduga-duga apalagi berpuisi. Jika masyarakat
dunia benar-benar memahami syariah dan sistem Islam, saya yakin mereka akan
berbondong-bondong memperjuangkannya, tak peduli mereka muslim ataupun bukan.
[Ashwa Rin]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar