Jauh dari negeri tercinta, tidak berarti buta dan tuli
tentang berita-berita yang sedang terjadi disana. Dengan bantuan sosmed yang
hari ini mampu menembus ruang dan waktu, maka dimanapun itu, selama internet
masih bisa diakses maka informasi pun mudah untuk didapatkan. Miris, itulah
yang penulis rasakan ketika melihat video-video yang beredar di sosmed tentang
adanya sebagian kalangan kaum muslimin di Indonesia melakukan aksi-aksi yang
tidak lagi sebagaimana mestinya. Ada jamaah umrah dari Indonesia yang ketika melakukan sai, justru mengumandangkan mars organisasinya, ada juga yang membaca pancasila, ada yang bernyanyi dan bergoyang di masjidil
haram, dan beberapa aktivitas yang tidak semestinya di lakukan
di tempat suci yang sebenarnya ditujukan untuk beribadah. Belum lama lagi, ada
video tentang bacaan
sholawat yang ditambah dengan kata merah putih dan pancasila.
Cinta
tanah air memang hal yang fitrah bagi manusia. Bagi seorang muslim, perkataan
dan perbuatannya haruslah sejalan dengan apa yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam
Al-Quran dan As-Sunnah. Oleh karena itu, seorang muslim dalam mengekspresikan
rasa cinta tanah airnya haruslah dengan cara yang benar pula. Cinta tanah air
bukan hanya berarti rindu saat jauh selama rantauan, tapi esensinya adalah
menginginkan negeri tercinta menjadi negeri yang diberkahi oleh Allah SWT.
Cinta tanah air berarti menginginkan kebaikan untuk negeri ini. Sebagaimana
Rasulullah saw yang mencintai Makkah dan menginginkan kebaikan untuk kota itu.
Beliau menginginkan agar cahaya Islam terpancar pula dari kota Makkah dan
penduduknya menjadi orang-orang yang beriman dan meninggalkan kebiasaan
jahiliyah sehingga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya.
Mengekspresikan
rasa cinta tanah air yang sesungguhnya justru mesti dilakukan dengan sikap dan
aksi nyata, bukan dengan slogan ataupun nyanyian semata, apalagi jika sampai
menyisipkannya ke dalam aktivitas ibadah. Rasa cinta tanah air diwujudkan salah
satunya dengan sikap melawan kolonialisme sebagaimana para pahlawan kemerdekaan
mengusir para penjajah. Mencintai tanah air tidak semestinya diekspresikan
dengan memusuhi kelompok lainnya yang sedang menawarkan solusi atas permasalahan
yang dihadapi negeri ini, hanya karena tidak setuju dengan kelompok itu ataupun
solusi yang ditawarkannya. Mencintai negeri ini semestinya diekspresikan dengan
berusaha mengawal penguasa untuk selalu berada di jalan yang benar yang
diridhoi oleh Allah SWT, bukan yang selalu membenarkan apa yang dilakukan
penguasa. Bahkan sahabat yang baik pun bukanlah yang selalu setuju dan bahagia
atas setiap pilihan yang sahabatnya buat, tapi yang memberikan kritik dan sedih
jika pilihan yang dilakukan sahabatnya itu tidak tepat dan bahkan bisa jadi
membawa kemudharatan.
Mencintai
negeri ini tidak seharusnya diekspresikan dengan membenci kritikan dan
muhasabah/evaluasi yang dilakukan oleh masyarakat. Jika begitu, bagaimana sebuah
negeri akan bangkit dan maju ketika menutup pintu diskusi atas solusi-solusi
yang ditawarkan. Sebagian orang berpendapat bahwa kritikan kepada penguasa dan
kebijakan-kebijakannya adalah bagian dari sikap tidak patuh, tidak pancasila,
bahkan yang lebih miris, ada yang menggambarkannya sebagai pemberontakan atau
usaha untuk menggulingkan penguasa, tetapi pernahkah terpikir bahwa kritikan
itu justru adalah ekspresi cinta tanah air? Ya, itu merupakan ekspresi cinta
tanah air, saat tidak rela rakyat hidup dalam kemiskinan dan penderitaan akibat
kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan, tidak rela jika kekayaan alam negeri
ini yang harusnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk rakyat tapi justru
dieksploitasi oleh segelintir kapitalis dan perusahaan-perusahaan asing, tidak
rela jika negeri ini tidak dapat berdaulat sepenuhnya akibat jerat-jerat utang,
tidak rela jika negeri ini terus menerus bergantung pada asing.
Disadari
atau tidak, negeri ini sebenarnya berada dalam status darurat, baik itu darurat
kemiskinan, darurat narkoba, darurat korupsi, darurat kriminalitas, darurat
seks bebas, darurat moral, darurat utang, dan masih banyak darurat-darurat
lainnya. Berusaha membungkam kritikan, memusuhi sebuah kelompok karena kritikan
yang dilakukannya, tidak membuka peluang diskusi untuk solusi-solusi permasalahan
bangsa dan penghakiman sepihak, bukanlah hal yang harusnya dilakukan apalagi
dengan dalih pancasila dan NKRI. Tugas kita dalam mengekspresikan cinta tanah
air yaitu dengan menjadi anak bangsa yang kritis, peduli urusan rakyat, dan
terus berbuat dan berkarya untuk negeri ini demi mewujudkan negeri yang
dirahmati oleh Allah SWT.
Ashwa Rin
(published
on Tribun Timur hal. 29 edisi Kamis, 15 Maret 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar