Sabtu, 09 Februari 2019

Ekspresi Cinta Tanah Air


          Jauh dari negeri tercinta, tidak berarti buta dan tuli tentang berita-berita yang sedang terjadi disana. Dengan bantuan sosmed yang hari ini mampu menembus ruang dan waktu, maka dimanapun itu, selama internet masih bisa diakses maka informasi pun mudah untuk didapatkan. Miris, itulah yang penulis rasakan ketika melihat video-video yang beredar di sosmed tentang adanya sebagian kalangan kaum muslimin di Indonesia melakukan aksi-aksi yang tidak lagi sebagaimana mestinya. Ada jamaah umrah dari Indonesia yang ketika melakukan sai, justru mengumandangkan mars organisasinya, ada juga yang membaca pancasila, ada yang bernyanyi dan bergoyang di masjidil haram, dan beberapa aktivitas yang tidak semestinya di lakukan di tempat suci yang sebenarnya ditujukan untuk beribadah. Belum lama lagi, ada video tentang bacaan sholawat yang ditambah dengan kata merah putih dan pancasila.
          Cinta tanah air memang hal yang fitrah bagi manusia. Bagi seorang muslim, perkataan dan perbuatannya haruslah sejalan dengan apa yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Oleh karena itu, seorang muslim dalam mengekspresikan rasa cinta tanah airnya haruslah dengan cara yang benar pula. Cinta tanah air bukan hanya berarti rindu saat jauh selama rantauan, tapi esensinya adalah menginginkan negeri tercinta menjadi negeri yang diberkahi oleh Allah SWT. Cinta tanah air berarti menginginkan kebaikan untuk negeri ini. Sebagaimana Rasulullah saw yang mencintai Makkah dan menginginkan kebaikan untuk kota itu. Beliau menginginkan agar cahaya Islam terpancar pula dari kota Makkah dan penduduknya menjadi orang-orang yang beriman dan meninggalkan kebiasaan jahiliyah sehingga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya.
          Mengekspresikan rasa cinta tanah air yang sesungguhnya justru mesti dilakukan dengan sikap dan aksi nyata, bukan dengan slogan ataupun nyanyian semata, apalagi jika sampai menyisipkannya ke dalam aktivitas ibadah. Rasa cinta tanah air diwujudkan salah satunya dengan sikap melawan kolonialisme sebagaimana para pahlawan kemerdekaan mengusir para penjajah. Mencintai tanah air tidak semestinya diekspresikan dengan memusuhi kelompok lainnya yang sedang menawarkan solusi atas permasalahan yang dihadapi negeri ini, hanya karena tidak setuju dengan kelompok itu ataupun solusi yang ditawarkannya. Mencintai negeri ini semestinya diekspresikan dengan berusaha mengawal penguasa untuk selalu berada di jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah SWT, bukan yang selalu membenarkan apa yang dilakukan penguasa. Bahkan sahabat yang baik pun bukanlah yang selalu setuju dan bahagia atas setiap pilihan yang sahabatnya buat, tapi yang memberikan kritik dan sedih jika pilihan yang dilakukan sahabatnya itu tidak tepat dan bahkan bisa jadi membawa kemudharatan.
          Mencintai negeri ini tidak seharusnya diekspresikan dengan membenci kritikan dan muhasabah/evaluasi yang dilakukan oleh masyarakat. Jika begitu, bagaimana sebuah negeri akan bangkit dan maju ketika menutup pintu diskusi atas solusi-solusi yang ditawarkan. Sebagian orang berpendapat bahwa kritikan kepada penguasa dan kebijakan-kebijakannya adalah bagian dari sikap tidak patuh, tidak pancasila, bahkan yang lebih miris, ada yang menggambarkannya sebagai pemberontakan atau usaha untuk menggulingkan penguasa, tetapi pernahkah terpikir bahwa kritikan itu justru adalah ekspresi cinta tanah air? Ya, itu merupakan ekspresi cinta tanah air, saat tidak rela rakyat hidup dalam kemiskinan dan penderitaan akibat kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan, tidak rela jika kekayaan alam negeri ini yang harusnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk rakyat tapi justru dieksploitasi oleh segelintir kapitalis dan perusahaan-perusahaan asing, tidak rela jika negeri ini tidak dapat berdaulat sepenuhnya akibat jerat-jerat utang, tidak rela jika negeri ini terus menerus bergantung pada asing.
          Disadari atau tidak, negeri ini sebenarnya berada dalam status darurat, baik itu darurat kemiskinan, darurat narkoba, darurat korupsi, darurat kriminalitas, darurat seks bebas, darurat moral, darurat utang, dan masih banyak darurat-darurat lainnya. Berusaha membungkam kritikan, memusuhi sebuah kelompok karena kritikan yang dilakukannya, tidak membuka peluang diskusi untuk solusi-solusi permasalahan bangsa dan penghakiman sepihak, bukanlah hal yang harusnya dilakukan apalagi dengan dalih pancasila dan NKRI. Tugas kita dalam mengekspresikan cinta tanah air yaitu dengan menjadi anak bangsa yang kritis, peduli urusan rakyat, dan terus berbuat dan berkarya untuk negeri ini demi mewujudkan negeri yang dirahmati oleh Allah SWT.
Ashwa Rin
(published on Tribun Timur hal. 29 edisi Kamis, 15 Maret 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar