Sabtu, 09 Februari 2019

Part 14 Menjaga Diri dari Fitnah


       Sebagai seorang muslim di negeri minoritas yang jumlah muslimnya sangat sedikit, adanya Islamic Centre di Budapest ini justru menjadi oase tersendiri bagi kaum muslimin, sebagai tempat bertemu dengan muslim lainnya, menjalin ukhuwah, belajar Islam, dan beribadah. Berbagai program-program menarik ditawarkan, ada kelas tajwid, kelas bahasa arab, kajian-kajian keislaman, baik dalam pengantar bahasa arab, Magyar, maupun inggris.

          Sabtu lalu, tema halaqah yang dibawakan langsung oleh sang syeikh adalah ‘7 hal menghindari fitnah akhir zaman’. Kajiannya disampaikan dalam bahasa Arab, namun Alhamdulillah salah satu sister bersedia menerjemahkannya. Nah, adapun hal-hal yang disampaikan sang syeikh agar kita bisa  terhindar dari fitnah, yaitu berkumpul dengan orang-orang shaleh, bergegas pulang ketika hari mulai gelap, menjadi pemaaf, tidak melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa, berhati-hati menyebarkan berita, berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah, dan meyakini akan datangnya Nashrullah.

         Diri kita ini banyak dipengaruhi oleh orang-orang disekitar kita dan lingkungan kita, bagaimana kita berpikir, berkata, dan bersikap. Di akhir zaman, akan ada banyak sekali fitnah seperti yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah kabarkan pada kita tentang munculnya fitnah besar dimana kebenaran dan kebathilan saling bercampur. Karena itu salah satu kewajiban kita agar senantiasa terjaga dari fitnah adalah berada dalam jamaah, berkumpul bersama orang-orang yang shaleh. Sebagaimana di negeri yang muslimnya minoritas, maka kita harus mendatangi komunitas-komunitas muslim dan memakmurkan mesjid. Senantiasa berada dalam jamaah itu sesuatu yang sangat urgen sebagaimana dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi. Dari al-Harits al-Asy’ari dari Nabi SAW bersabda: “Dan saya perintahkan kepadamu lima hal dimana Allah memerintahkan hal tersebut: Mendengar, taat, jihad, hijrah, dan jamaah. Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan jamaah sejengkal, maka telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya kecuali jika kembali. …”.
       
         Hal selanjutnya adalah menghindari kegelapan malam sebab kejahatan dan fitnah banyak terjadi di malam hari, sebagaimana kita meminta perlindungan dalam surah Al-Falaq, “Dan dari kejahatan malam apabila telah masuk dalam kegelapan”. Jika hari telah gelap, bergegaslah untuk pulang ke rumah. Ini betul-betul menjadi teguran bagiku, sebab sering diriku belajar di perpustakaan ataupun cafe hingga larut malam. Suatu ketika aku dan temanku baru saja pulang dari belajar bareng di sebuah cafe yang jaraknya sekitar 20 menit dari tempat tinggal kami. Jarak antara halte bus sekitar 650 m ke dorm. Saat kami berjalan pulang, ada yang sedang mabuk-mabukan di jalan, dia menunjuk-nunjuk kami sambil berbicara dengan intonasi tinggi, entah itu berteriak atau apa, tapi kusadari bahwa itu bukan godaan, terlihat dari ekspresi ketakutannya melihat kami, dua gadis berhijab, sambil dia berjalan mundur sedikit-sedikit saat kami lewat dihadapannya. Ya Allah, dalam hati kuberkata, segitunyakah islamophobia orang-orang, bahkan orang mabuk pun ketakutan dengan hijabis. Disatu sisi sedih juga dengan islamophobia di negara ini tapi disisi lain di kejadian ini aku justru terhindar dari hal-hal yang membahayakan. Aku yakin bahwa pertolongan itu datangnya hanya dari Allah semata bukan yang lain.

       Kadang aku berpikir apa mereka pikir kami akan melemparinya bom. Jadi teringat kisah seorang teman ketika melakukan perjalanan dari Budapest ke Rumania bersama dua teman muslimah lainnya yang berhijab. Di atas kereta tiba-tiba ada inspeksi dari kepolisian, dan mereka dibawa kantor polisi, lalu seluruh barang-barangnya diperiksa. Pernah lagi, salah seorang teman bercerita pengalamannya di atas tram, ada bapak-bapak yang begitu melihat dirinya, langsung membawa istrinya menjauh dari dia (yang sebelumnya istrinya itu berada di dekat temanku), lalu memandangnya dengan ekspresi khawatir atau mungkin takut.

      Poin ketiga yang disampaikan syeikh adalah menjadi muslim yang pemaaf. Dengan banyaknya kejadian-kejadian yang mengindikasikan islamophobia, kadang kita merasa kesal dengan respon berlebihan yang kita peroleh dari orang-orang. Mungkin bisa jadi kita tersinggung dengan sikap tak bersahabat mereka. Tapi bukankah Rasulullah pun menghadapi ujian yang sama dulu ketika awal-awal mendakwahkan Islam. Kita harus memahami bahwasanya mereka bersikap seperti itu bukan karena kesalahan mereka, bukan karena mereka adalah orang-orang yang jahat, hanya saja media yang mencitraburukkan islam terus menerus, dan juga adanya propaganda politik. Ingat mereka hanya korban media dan propaganda. Jika direspon dengan sikap yang keras pula, mereka mungkin akan berpikir bahwa yang dikatakan media itu memang benar jika muslim adalah orang-orang yang kasar, menyukai permusuhan, dan konflik.  
  
        Salah satu kejadian yang tidak mengenakkan terjadi pada hari ‘World Hijab Day’. Sister-sister di mesjid melakukan kampanye hijab lewat poster yang rencananya akan dipajang di beberapa tempat. Hal yang mengejutkan adalah ketika ternyata tersebar poster yang gambarnya persis sama tapi isinya telah dirubah dengan konten-konten negatif yang memberi citra buruk pada Islam. Yah, seperti itulah kondisi hari ini di Hongaria, apalagi menjelang pemilihan umum. Islam menjadi sasaran empuk demi agenda politik mereka. Menurut temanku warga hungaria yang telah memeluk islam selama 16 tahun, bahwa penekanan terhadap kaum muslimin di Hungaria semakin meningkat 3 tahun terakhir ini, dan dia memprediksi bahwa akan semakin buruk di tahun-tahun berikutnya.

          Selanjutnya adalah tidak tergesa-gesa. Ibnu Qayyim rahimahullahu berkata, “Sifat tergesa-gesa adalah dari setan. Sejatinya sifat tergesa-gesa juga merupakan sikap gegabah, kurang berpikir dan berhati-hati dalam bertindak. Yang mana sifat ini menghalangi pelakunya dari ketenangan dan kewibawaan. Dan menjadikan pelakunya memiliki sifat menematan sesuatu tidak pada tempatnya. Dan mendekatkan pelakunya kepada berbagai macam keburukan, dan menjauhkannya dari berbagai macam kebaikan. Dia adalah temannya penyesalan. Dan katakanlah, bahwa siapa saja yang tergesa-gesa maka dia akan menyesal”.

         Pesan syeikh berikutnya adalah berhati-hati dalam menyebar berita. Salah satu ketergesa-gesaan yaitu tidak meneliti dahulu berita yang sampai padanya lantas menyebarkannya ke yang lain. Padahal Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [TQS. Al-Hujurat:6]. Banyak kejadian buruk yang terjadi disebabkan beredarnya berita bohong, baik di masa lalu maupun di masa sekarang.

     Selanjutnya, seorang muslim haruslah berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah agar senantiasa berada di jalan yang diridhoi Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima sepenuhnya.” [TQS An-Nisa:65] Rasulullah saw bersabda : “Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat setelah (kalian berpegang teguh pada) keduanya, Kitabullah dan Sunnahku.” [HR At-Thabrani]

        Selain itu, walaupun berbagai cobaan menerpa kita dan kaum muslimin hari ini, Syeikh berpesan agar memiliki keyakinan yang kuat akan datangnya Nashrullah.

    “Dan tidaklah Allah menjadikannya (mengirim pertolongan) melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tentram, dan kemenangan (pertolongan) itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” [TQS Al-Anfal :10]

            Wallahu’alam bi ash-shawab.

            [Ashwa Rin]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar