Senin, 22 Januari 2018

Part 8 Hanya Sebuah Ucapan

“Kenapa sih tidak mengucapkan selamat natal, kan cuma ucapan doang”, “gak toleran banget sih kamu”,  “kan gak berarti kalo kamu ngucapin itu lantas kamu jadi kafir kan”. Mungkin kalimat-kalimat ini sering mewarnai hari-hari kita utamanya menjelang hari raya umat lain.

Tuduhan intoleran, radikal, dan fanatik tersemat bagi orang-orang yang hanya ingin menjaga akidah dengan baik. Seolah orang-orang yang tidak mau mengucapkan selamat pada hari perayaan umat lain adalah orang-orang yang jahat yang tidak tahu berkasih sayang, penuh kebencian, dan berbagai stereotype lainnya. Seolah orang-orang ini sangat membenci umat diluar kepercayaannya.

Bagaimanapun tetaplah berhusnudzan, mungkin mereka belum memahami alasan mengapa ucapan begitu sangat penting di dalam Islam, mengapa lidah mereka begitu kelu saat ingin sekedar mengucapkan kata selamat. Mungkin saja mereka belum tahu bahwa orang-orang ini bisa jadi punya pemahaman bahwa segala tindakan dan ucapan memiliki konsekuensi. Keduanya bukan hanya sesuatu tanpa makna dan status hukum. Saya teringat perkataan seorang teman “saya tidak merasa saya mengakui agama mereka saat saya mengucapkan selamat pada hari raya agama lain”. Yah, itulah yang mungkin kita rasakan saat kita lupa bagaimana pentingnya sebuah ucapan/perkataan. Ingatkah kita syarat untuk masuk islam, itu hanya bermodal mengucapkan dua kalimat syahadat, sederhana sekali bukan. Dalam sebuah rumah tangga misalnya, seorang suami bisa menjatuhkan talak pada istrinya hanya dengan sebuah ucapan talak bahkan sekalipun jika suami itu mengucapkannya dengan bercanda, nah loh ucapan doang tapi konsekuensinya besar, tidak ada dalih ‘kan cuma bercanda’. Dalam hadist riwayat Abu Dawud, Rasulullah bersabda “celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakah ia, celakalah ia”. Lihat pula bagaimana Rasulullah mencela orang-orang yang bercanda dengan dusta. Mungkin sebagian orang berdalih “ya elah, bercanda doang kok sampe dosa”, sekali perkataan dusta tetaplah dusta walah hanya gurauan. Lihatlah bagaimana Rasulullah mengajarkan kita bahwa ucapan bukanlah sesuatu yang sepele, ucapan bukanlah permainan lidah saja, itu bisa mengubah banyak hal baik kita sadari ataupun tidak, begitupun baik kita inginkan ataupun tidak.

Sebagian muslim yang lain mungkin sedih saat melihat umat islam lainnya berbondong menyerukan dan mengingatkan hukum mengucapkan selamat pada perayaan umat lain. Daripada melihatnya sebagai sebuah bentuk intoleransi dan fanatik berlebihan, alangkah elok jika justru melihatnya sebagai bentuk kasih sayang untuk seluruh umat, baik yang muslim maupun yang non-muslim. Bukankah indah sekali saat saudara seiman mengingatkan kita dalam kealpaan. Bisa jadi diantara saudara berbeda pendapat dalam hal ini, tapi tidaklah jadi pembenaran untuk saling berburuk sangka satu sama lain.

Bagi seorang muslim “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam” (TQS 3:19). Islam adalah sebuah nikmat yang luar biasa yang dimiliki seorang muslim, harta yang sangat berharga. Sejak Islam datang, berturut-turut manusia memeluk agama mulia ini. Bukan tanpa sebab, hanya saja seorang muslim tidak hanya menyimpan harta berharga ini sendirian tapi senantiasa ingin agar orang lain juga merasakan kenikmatan Islam. Dakwah menjadi cara muslim menyebarkan keagungan Islam. Tidak mengucapkan selamat saat hari raya umat lain bukanlah tanda kebencian pada umat lain, tapi justru tanda kasih sayang. Bukankah bagi seorang muslim satu-satunya agama yang diridhoi Allah adalah Islam, lalu bagaimana mungkin seorang muslim dengan keyakinan tersebut menutupi kebenaran Islam dengan membenarkan sesuatu yang bertentangan, bukankah itu dusta namanya. Kejujuran bisa jadi menyakitkan, tapi itu lebih baik dari kebohongan yang melenakan.

Menjadi baik dan disenangi bukan berarti harus mengikuti arus sekitar, seperti halnya menjadi orang tua yang baik bukanlah yang selalu mengikuti kemauan sang anak tapi yang mampu menyikapi dengan benar kemauan sang anak. Sahabat yang baik bukan pula yang selalu mendukung apapun yang dilakukan sahabatnya asal bahagia tapi sahabat yang baik adalah yang mampu membimbing sahabatnya menuju kebaikan.



Salam Persahabatan. Selamat menjalani hari dengan amar ma’ruf nahi mungkar kawan. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar