“Kenapa sih tidak mengucapkan selamat
natal, kan cuma ucapan doang”, “gak toleran banget sih kamu”, “kan gak berarti kalo kamu ngucapin itu
lantas kamu jadi kafir kan”. Mungkin kalimat-kalimat ini sering mewarnai hari-hari
kita utamanya menjelang hari raya umat lain.
Tuduhan intoleran, radikal, dan
fanatik tersemat bagi orang-orang yang hanya ingin menjaga akidah dengan baik.
Seolah orang-orang yang tidak mau mengucapkan selamat pada hari perayaan umat
lain adalah orang-orang yang jahat yang tidak tahu berkasih sayang, penuh
kebencian, dan berbagai stereotype lainnya. Seolah orang-orang ini sangat
membenci umat diluar kepercayaannya.
Bagaimanapun tetaplah berhusnudzan,
mungkin mereka belum memahami alasan mengapa ucapan begitu sangat penting di
dalam Islam, mengapa lidah mereka begitu kelu saat ingin sekedar mengucapkan
kata selamat. Mungkin saja mereka belum tahu bahwa orang-orang ini bisa jadi punya
pemahaman bahwa segala tindakan dan ucapan memiliki konsekuensi. Keduanya bukan
hanya sesuatu tanpa makna dan status hukum. Saya teringat perkataan seorang
teman “saya tidak merasa saya mengakui agama mereka saat saya mengucapkan
selamat pada hari raya agama lain”. Yah, itulah yang mungkin kita rasakan saat
kita lupa bagaimana pentingnya sebuah ucapan/perkataan. Ingatkah kita syarat untuk
masuk islam, itu hanya bermodal mengucapkan dua kalimat syahadat, sederhana
sekali bukan. Dalam sebuah rumah tangga misalnya, seorang suami bisa
menjatuhkan talak pada istrinya hanya dengan sebuah ucapan talak bahkan
sekalipun jika suami itu mengucapkannya dengan bercanda, nah loh ucapan doang
tapi konsekuensinya besar, tidak ada dalih ‘kan cuma bercanda’. Dalam hadist
riwayat Abu Dawud, Rasulullah bersabda “celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta
hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakah ia, celakalah ia”. Lihat
pula bagaimana Rasulullah mencela orang-orang yang bercanda dengan dusta.
Mungkin sebagian orang berdalih “ya elah, bercanda doang kok sampe dosa”,
sekali perkataan dusta tetaplah dusta walah hanya gurauan. Lihatlah bagaimana
Rasulullah mengajarkan kita bahwa ucapan bukanlah sesuatu yang sepele, ucapan
bukanlah permainan lidah saja, itu bisa mengubah banyak hal baik kita sadari
ataupun tidak, begitupun baik kita inginkan ataupun tidak.
Sebagian muslim yang lain mungkin
sedih saat melihat umat islam lainnya berbondong menyerukan dan mengingatkan
hukum mengucapkan selamat pada perayaan umat lain. Daripada melihatnya sebagai
sebuah bentuk intoleransi dan fanatik berlebihan, alangkah elok jika justru
melihatnya sebagai bentuk kasih sayang untuk seluruh umat, baik yang muslim
maupun yang non-muslim. Bukankah indah sekali saat saudara seiman mengingatkan
kita dalam kealpaan. Bisa jadi diantara saudara berbeda pendapat dalam hal ini,
tapi tidaklah jadi pembenaran untuk saling berburuk sangka satu sama lain.
Bagi seorang muslim “Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam” (TQS 3:19). Islam adalah
sebuah nikmat yang luar biasa yang dimiliki seorang muslim, harta yang sangat
berharga. Sejak Islam datang, berturut-turut manusia memeluk agama mulia ini.
Bukan tanpa sebab, hanya saja seorang muslim tidak hanya menyimpan harta
berharga ini sendirian tapi senantiasa ingin agar orang lain juga merasakan
kenikmatan Islam. Dakwah menjadi cara muslim menyebarkan keagungan Islam. Tidak
mengucapkan selamat saat hari raya umat lain bukanlah tanda kebencian pada umat
lain, tapi justru tanda kasih sayang. Bukankah bagi seorang muslim satu-satunya
agama yang diridhoi Allah adalah Islam, lalu bagaimana mungkin seorang muslim
dengan keyakinan tersebut menutupi kebenaran Islam dengan membenarkan sesuatu yang
bertentangan, bukankah itu dusta namanya. Kejujuran bisa jadi menyakitkan, tapi
itu lebih baik dari kebohongan yang melenakan.
Menjadi baik dan disenangi bukan
berarti harus mengikuti arus sekitar, seperti halnya menjadi orang tua yang
baik bukanlah yang selalu mengikuti kemauan sang anak tapi yang mampu menyikapi
dengan benar kemauan sang anak. Sahabat yang baik bukan pula yang selalu
mendukung apapun yang dilakukan sahabatnya asal bahagia tapi sahabat yang baik
adalah yang mampu membimbing sahabatnya menuju kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar