“Kau tau
apa yang memiliki segalanya tapi tak memilikinya?” tanyaku. Dia hanya
menggelengkan kepala, tak mengerti dengan pertanyaan yang kuajukan.
“INDONESIA”, jawabku. Kutunjukkan peta Indonesiaku tercinta, tanah kelahiranku
padanya, sejak sekolah dulu, guru ku selalu bilang bahwa Indonesia adalah
zamrud khatulistiwa, negara yang kaya raya, tanahnya subur, memiliki kekayaan
alam yang luar biasa, tak perlu bersusah payah menumbuhkan tumbuhan, biji kau
lempar saja ke tanah, bisa tumbuh dengan sendirinya. Bukan hanya kaya biotik
tapi juga abiotik, mulai dari minyak bumi, gas alam, berbagai macam logam, sampai
emas ada di dalamnya. “wow, negaramu pasti sangat kaya”, katanya sambil
terpukau mendengar pemaparanku. “tidak juga, justru sebaliknya, kau lihat
semuanya ada di Indonesia, tapi yang memilikinya bukan kami, lihatlah
bendera-bendera ini, merekalah pemiliknya”. Waktu kecil dulu aku percaya diri
sekali jika Indonesia benar-benar kaya, tapi seiring berjalannya, semakin
dewasa, semakin aku paham, itu semua hanya fatamorgana. Bukan karena kekayaan
alam itu hanya ilusi, tentu nyata adanya, tapi karena negara memilikinya dan
mengelolanya untuk dimanfaatkan untuk masyarakat Indonesia hanyalah fatamorgana
di alam kapitalis- sekulerisme-demokrasi. Kamu penasaran mengapa bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar