Rabu, 28 September 2022

Ilmu dan Penuntut Ilmu

Sharing Night Bed Talk dengan ayah Birjees tiga malam lalu.
"Jika maksiat menghalangi masuknya ilmu, mengapa ada orang-orang yang beriman tapi punya ilmu dan membangun peradaban dengan teknologi maju?"

"Salah satu dampak kemaksiatan adalah terhalangnya masuknya ilmu". Nasehat ini sangat familiar terutama bagi para penuntut ilmu. Nasehat ini disampaikan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam bukunya Ad-Daa wad Dawaa. Salah satu kisah terkenal tentang 'maksiat yang menghilangkan ilmu' adalah hilangnya hafalan satu kitab Imam Syafi'i karena gak sengaja melihat aurat wanita yang tersingkap.

TAPI... "Lalu bagaimana posisi orang-orang cerdas dan berilmu tapi mereka adalah orang-orang yang tidak beriman? Bukankah tidak beriman adalah kasta tertinggi maksiat? Bukankah Thomas Alfa Edison, Einstein, Galileo Galilei adalah orang-orang yang tidak beriman tapi ternyata diberi ilmu oleh Allah?"

"Jika maksiat menghalangi masuknya ilmu, mengapa ada orang-orang tidak beriman tapi punya ilmu dan membangun peradaban dengan teknologi maju? Lihatlah bagaimana barat maju dengan ilmu pengetahuannya tanpa keimanan".

Di era sekuler hari ini, peran Tuhan dalam kehidupan dinafikan. Seolah bilang gini 'lu punya ilmu dan harta gak ada hubungannya dengan lu taat dengan Tuhan (agama) atau nggak'. Pernyataan seorang guru besar di Kalimantan yang sempat viral di FB beberapa waktu lalu ya kurang lebih menegaskan hal yang sama bahwa orang-orang yang gak taat sama perintah Tuhan ternyata pinter-pinter dan berprestasi kok.

Dari sini yang ingin disampaikan mereka sebenarnya "mengikuti perintah agama itu hanya non sense belaka". 

Sebenarnya gimana sih relasi antara ilmu dan si penuntut ilmu?

Segala ilmu dan pengetahuan yang ada di dunia ini sejatinya berasal dari Allah Al Alim. Allah Al Alim memberi ilmu kepada siapapun yang Allah kehendaki, baik itu orang beriman, taat, maupun yang maksiat. Itu adalah hak prerogatif Allah. Gak bisa kita menuntut Allah, 'ya Allah kenapa Archimedes Engkau beri ilmu tentang relasi gaya berat dan gaya apung padahal ia tidak beriman kepada-Mu'.

Ilmu dan penuntut ilmu sebenarnya tidak selalu mengimplikasi satu sama lain. Penuntut ilmu yang taat tidak selalu pasti dikaruniai ilmu dan kemudahan menuntut ilmu. Pun sebaliknya. Ilmu itu bisa merupakan KARUNIA yang membuat siempunya semakin dekat dengan Allah dan bisa pula merupakan ISTIDRAJ yang membuat siempunya semakin jauh dari Allah. Ilmu bisa menjadi jalan hidayah bisa pula menjadi jalan sesat bagi siempunya.

Kalo kita memahami ini tentu gak heran kenapa ada misionaris yang bisa hafal Al-Quran. Kenapa ada intelektual muslim tapi kerjaannya malah merekonstruksi ajaran Islam sesuai arahan musuh-musuh Islam. Disisi lain ada yang bener-bener niatnya lillah menghafal Al Quran, sudah menjaga diri dari maksiat tapi masih sulit menghafal.

Hal yang harus kita tanamkan dalam diri adalah bahwa pasti ada ibrah dibalik itu. Bisa jadi karena niat kotor dan maksiat sang penuntut ilmu, Allah beri ia ilmu agar ia semakin tersesat. Bisa jadi Allah tidak beri ilmu kepada seseorang karena Allah hendak menjaga hamba-Nya itu.

MENUNTUT adalah kewajiban dan tentu ada hisabnya. Ada rambu-rambu didalamnya yang berkaitan dengan pahala dan dosa. Ada adab-adab yang senantiasa kita junjung dalam proses menuntut ilmu. Sedang MEMPEROLEH ILMU adalah wilayah yang tidak kita kuasai, Allah lah yang Maha Berkehendak memberi ilmu itu atau tidak. 

Fokuslah pada apa yang kita kuasai. Lakukan sesuai apa yang Allah perintahkan, niatkan lillah dan jalani sesuai petunjuk-Nya. Patuhi adab-adabnya bukan semata demi mendapat ilmu tapi keberkahan proses menuntut ilmu.

Kalau ilmu dari Allah, kenapa sih orang yang tidak beriman dan orang yang maksiat juga diberi ilmu?

Sebenarnya pertanyaan ini mirip juga dengan: Kalau Rizki dari Allah, kenapa sih orang yang tidak beriman dan orang yang maksiat juga diberi Rizki?

Rizki harta, kesehatan, ilmu, keselamatan dunia, Allah beri kepada siapapun yang Allah kehendaki. Inilah bukti betapa Allah Ar-Rahman. Kasih sayangnya begitu luas meliputi seluruh makhluk-Nya. Hal ini justru harusnya membuat kita makin taat bukan malah mendurhakai-Nya. Sebab tidak ada yang menyayangi sebesar sayangnya Allah pada makhluk-Nya.

Selalu ingat bahwa menuntut ilmu adalah ibadah sebagaimana ibadah-ibadah lain yang kita lakukan untuk bertaqarrub ila Allah (mendekat pada Allah). Maka ilmu yang kita harapkan adalah ilmu yang bermanfaat. Tidaklah ilmu itu bermanfaat kecuali mengantarkan pada hidayah.

Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam mengatakan "Ilmu yang bermanfaat adalah sesuatu yang dapat membuat dada terasa begitu lapang dan dapat menyingkap tirai yang menyelimuti hati. Ilmu yang paling baik adalah ilmu yang disertai rasa takut pada-Nya. Jika ilmu disertai rasa takut pada-Nya, ia akan berguna bagimu. Namun jika tidak, maka ia hanya akan menjadi petaka bagimu."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar