Rabu, 28 September 2022

Mengapa Aku Go Abroad

Lima tahun lalu keinginanku untuk study abroad akhirnya terwujud. Setelah berkali-kali gagal hingga kesempatan itu tiba. Malam ini aku berusaha menggali memori masa lalu itu, alasan awal kenapa aku ingin sekolah keluar negeri. Walau pada perjalanannya alasan itu tentu saja berubah. Namun pemicu awal itu sesuatu yang tak bisa diabaikan.

Aku menginjak usia remaja kala itu. Seragam putih biru kukenakan dengan bangga sembari membayangkan betapa indahnya tumbuh dewasa. Bertemu dengan kawan baru hingga mungkin jika beruntung bisa jatuh cinta.

Namun, kenyataan tidak seperti ya kubayangkan. Rumah tempatku hidup yang sebelumnya penuh dengan bahagia dan memori indah dijahili atau menjahili saudara-saudara, lalu berubah.

Kehangatan itu menghilang seiring hilangnya cinta dua insan berganti benci. Semuanya pergi dengan urusannya masing-masing lalu tinggallah aku. Aku yang sedang dalam fase memasuki dunia remaja seakan ditampar keras oleh kenyataan. Kenyataan bahwa hidup itu tidak selalu berjalan seperti yang kau mau. Tapi hidup itu adalah sesuatu yang harus kau lalui siap atau tidak.

Rasanya seperti babak belur, terluka, berdarah tapi tak ada yang mampu melihatnya. Tapi hidup harus terus berjalan bukan? Alaminya manusia adalah mencari cara bahagia bagaimana pun dan dimana pun. Lalu rasa ingin pergi jauh itu pun muncul. Ya, aku harus pergi ke tempat yang jauh. Entah ke benua lain di bumi atau ke planet lain di galaksi Bima sakti. Jika Elon Musk saat itu menawariku jadi relawan ke Mars mungkin aku mengiyakan.

Saat melihat gadis kecil yang sedang tertidur di sampingku ini, aku berpikir bagaimana jika kelak ia ingin pergi karena tidak bahagia. Bagaimana aku membesarkannya tanpa trauma? Aku khawatir tentang rumah yang kami bangun untuknya. Bukan fisiknya tapi kehangatannya. Akankah menjadi rumah yang selalu ia rindu? Ataukah rumah yang ia ingin pergi darinya sejauh-jauhnya?

Anak-anak suatu saat akan pergi dari kita, orang tuanya. Tapi aku ingin memastikan mereka pergi bukan karena kesepian, bukan pula karena tidak bahagia. Semoga Allah Al Hadits senantiasa menunjuki kita dalam setiap proses pengasuhan dan pendidikan anak-anak kita serta di setiap usaha kita membangun keluarga yang hangat dan bahagia karena Allah. Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar