Jumat, 30 September 2022

Mendidik Anak Perempuan Part 2

Suatu ketika do'i bertanya pendapatku bagaimana membesarkan anak perempuan? Aku tahu ini bukan hal mudah. Apalagi di sistem sekuler hari ini. Perasaan cinta dan naluri seksual sengaja dieksploitasi  terus menerus demi keuntungan materi. Idola-idola baru terus diciptakan agar pundi-pundi uang terus terisi. Korbannya siapa lagi jika bukan para generasi muda, generasi yang seharusnya melanjutkan peradaban.

Aku ingin menjawab pertanyaan tadi tidak dengan teori-teori pendidikan anak ataupun parenting. Tetapi tentang apa yang aku rasakan sebagai anak perempuan. Laki-laki berbeda dengan perempuan maka cara memperlakukannya pun tentu berbeda. Perempuan itu dikenal dengan kepekaan perasaannya. Maka kuncinya sebenarnya ada disitu.

Aku mungkin berasal dari broken-home family tapi aku menghargai segala usaha orangtuaku membesarkanku, terutama ayahku. Bahkan dibalik drama keluarga yang berlarut-larut kala itu, yang aku memberikan rasa sakit yang tidak sedikit tetapi beliau menjalankan perannya sebagai ayah dengan baik.

Menurutku, ini salah satu alasan mengapa aku tidak mudah mengalami masalah gharizatun nau (cinta) disaat anak gadis umumnya dengan mudahnya jatuh hati dan patah hati karena seorang lelaki. Sebab aku merasakan cinta ayah yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan gombalan maupun rayuan dari lelaki manapun. For me, he is my real love.

How?

Ayah adalah pendengar yang baik dan tempat curhat yang aman. Bagiku beliau sosok yang enak buat curhat. Tiap kali ada kesempatan aku dengan cerewetnya cerita apa yang aku alami seharian itu, hal yang aku suka, hal yang kubenci, hal yang bikin aku kesel, dan seterusnya. Aku masih ingat wajah menahan kantuknya karena aku terus-terusan bicara padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul 12 malam.

Kami tidak selalu punya pendapat yang sama. Seringnya jalan pikiran kami berbeda. Tapi ayahku selalu menghargai jalan pikiranku dan pendapatku bahkan kepadaku yang masih kecil kala itu. Jika keinginanku tidak sejalan dengan apa yang beliau pikirkan baik, alih-alih memaksa atau memarahi, he changed my mind in a really nice way. Beliau menjelaskan dengan logis tanpa tendensi 'udah ikut kata orang tua aja, you are just a kid'. He is so wise.

 Dalam berbagai kesempatan, ayahku kerap memuji 'anakku yang cantik'. And you know, menurutku pujian ayah untuk anak perempuannya akan menjadikannya kuat menghadapi rayuan diluar sana. I feel this, ketika ada yang merayu diluar sana dalam hati kuberkata, 'haha, I know, my dad always says so'.

Ada banyak momen berkesan bersama beliau. Terutama ketika kami nge-date berdua di pinggir pantai sambil menikmati jagung bakar atau makan mie goreng Jakarta di kedai sederhana. Bercerita banyak hal. Tentang masa depan, tentang cita-cita, bahkan diskusi berbagai isu.

Kadang-kadang ayah mengajak masak bersama walau sebenarnya aku tidak menikmati kegiatan memasak aku tidak menikmati kegiatan memasak dan lebih sering menggerutu dan merengek buat beli aja, hihi.

Sebagai anak perempuan, momen-momen bersama ayah like a treasure. If you are a dad, please create your moment with her.

Another thing yang aku sukai sekali adalah ketika ayahku mengusap kepalaku. It feels so calming, menenangkan. And you know, mengusap kepala anak adalah salah satu sunnah Rasul. Do it to your kids and feel the wonder.

Semuanya tak bisa terangkum di post singkat ini. Ini hanya secuil how dad treats his daughter versiku. I love it dan cerita ini ke do'i. Berharap Birjees akan menjadi sahabat ayahnya.

Tulisan ini lebih terlihat seperti nostalgia, not tips basically. Poinnya soal membangun intimacy ayah dan anak perempuannya dan memenuhi tangki cinta mereka.

Ayah, jangan malu mengekspresikan cinta dan membangun intimacy dengan anak. Penuhi tangki cinta anak-anakmu agar mereka kuat menerjang badai kehidupan. karena Ayah, kamu adalah ayat Allah ar-Rahman ar-Rahim untuk anak-anakmu di bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar