Jumat, 30 September 2022

Mendidik Anak Perempuan Part 1

Perkataan seorang ulama Aljazair, Imam Abdul Hamid bin Badis, "Ketika kau mendidik anak laki-laki, maka kau sedang mendidik satu manusia. Namun ketika kau mendidik anak perempuan, sejatinya kau mendidik sebuah umat."

Kalau teringat perkataan ini membuat saya deg-degan. Bisa tidak ya aku mendidik anak-anakku dengan baik. Birjees berusia 10 bulan sekarang. Tak terasa sebentar lagi setahun, lalu dua tahun dan mungkin aku kaget kala tiba-tiba saja ia telah baligh. Tapi jangan sampai kekagetanku ini karena ketidaksiapanku.

Suatu ketika, ayahnya ngobrol soal masa depan Birjees. Soal bagaimana kami memilihkan jodoh yang baik untuknya dan bagaimana mendidiknya menjadi istri dari seseorang dan ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak. Meweklah aku. Masa baru brojol udah ngomongin sejauh itu. Huhu.

Tapi ya benar sih, Birjees gak selamanya jadi bayi lucu kayak sekarang. Ia akan tumbuh menjadi gadis dewasa kelak. Mendidik anak gak bisa sekedar 'let it flow'. Soalnya ini manusia loh. Gagal mendidik satu manusia, akibatnya bukan cuma dirinya tapi buat peradaban. Wabil khusus kalo ngomongin anak perempuan.

Dari rahim-rahimnya lah lahir penerus peradaban. Mereka adalah ibu generasi. begitupun sebaliknya. Jika para perempuan terdidik baik dengan visi-misi ukhrawi, maka ini menjadi modal besar bagi lahirnya generasi tangguh, generasi pemimpin, dan generasi khoiru ummah.

Hal ini ketika dunia berada dalam haegemoni kapitalisme, tugas mendidik anak perempuan menjadi semakin berat. Pandangan hidup sekuler menggerogoti para orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Standar kesuksesan di masyarakat adalah soal capaian materi, nilai tinggi saat sekolah, dan dapat pekerjaan dengan gaji tinggi. Sering kita mendengar orangtua memotivasi anaknya, "ayo sekolah yang pinter, biar nanti bisa kuliah di Univ X, dapet pekerjaan yang baik, bla bla bla..."

Ditambah lagi gempuran pemikiran rusak yang berusaha ditanamkan ke keluarga-keluarga muslim. Feminisme, liberalisme, relativisme, dan segala isme-isme asing. Kemaren childfree hari ini spirit doll. Kemarin kampanye 'gak perlu punya anak', hari ini kampanye 'adopsi boneka jadi anak'. Naudzubillah...

Ya dunia hari ini semengerikan ini. Belum lagi kalo ngomongin lingkungan tempat hidup kita yang jauh dari rasa aman. Tingginya angka kriminalitas. Pembunuhan, pemerkosaan, pedofilia, penculikan anak dan sederet kasus yang selalu menghiasi  layar kaca berita kita. Sistem hukum dan peradilan yang jauh dari kata adil. Sistem ekonomi yang jauh panggang dari menyejahterakan kita.

Tantangan mendidik anak hari ini tidak mudah. Bagaimana membentengi anak dari gempuran pemikiran rusak, mendidiknya menjadi seseorang yang paham visi misi hidupnya di dunia. Dan bagi anak perempuan, bagaimana mendidiknya menjadi calon ibu generasi khoiru ummah. Semoga Allah memudahkan dan menunjuki kita ya ayah.

Allahumma faqqih haa fid diini wa 'allimhaat ta'wiilaa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar